Tahun 2016 dianggap menjadi tahun booming bagi bisnis ruang perkantoran di mana pasokan mulai banyak memasuki pasar. Kondisi ini memberikan banyak pilihan bagi para perusahaan yang tengah ekspansi maupun konsolidasi untuk membeli atau menyewa unit kantor. Begitulah perkiraan konsultan properti Colliers International.
“Perusahaan multinasional akan terus fokus pada menjaga beban biaya,” kata Sam Harvey-Jones, Managing Director of Occupiers Asia Colliers Internatonal. Yang dimaksud “menjaga”, lanjut Sam adalah perusahaan mulai kroscek kebutuhan kantor sebelum memutuskan untuk menyewa unit perkantoraan.
Dengan pasokan yang melimpah, perusahaan memiliki banyak pilihan ruang perkantoran. Sebab, ada 110 juta m2 ruang kantor Grade A di Asia yang pembangunannya akan selesai pada tahun 2016. Belum lagi dengan 100 juta m2 ruang perkantoran yang berkomitmen selesai pada tahun 2015 lalu.
Colliers memperkirakan, 70% dari ruang baru itu berada di India dan Tiongkok, di mana lowongan pekerjaan meningkat hingga dua digit di kota-kota lapis satu Tiongkok, seperti Shanghai, Shenzhen dan Guangzhou. Tetapi, tingkat kekosongan ruang kantor bakal terjadi di Chengdu, dan di pasar utama India, seperti Delhi, Mumbai, Chennai, dan Bengalaru.
Industri teknologi yang meningkat juga membentuk kembali pasar perkantoran di seluruh Asia. Colliers menilai, perusahaan teknologi akan tumbuh agresif dan mengincar ruang perkantoran berkualitas premium. E-commerce akan menjadi “industri terpanas” pada tahun 2016, dengan Tiongkok dan India sebagai lokasi pertumbuhan utama.
Bisnis offshoring dan outsourcing berkontribusi dalam peningkatan permintaan untuk ruang kantor kustom di India dan Filipina. Pada tahun 2016, Colliers mengantisipasi bahwa India akan menargetkan pengembangan perangkat lunak outsourcing di negaranya.
Sedangkan, Filipina telah berhasil memosisikan diri sebagai pemasok dominan bagi servis call center. Hal ini terjadi berkat kepiawaiaan warga Filipina berbahasa Inggris paing fasih se-Asia Tenggara, dengan tingkat rata-rata 92,5%.
Editor: Hendra Soeprajitno