Pelemahan ekonomi melanda banyak negara di hampir semua kawasan. Bahkan, justru bermula di negara-negara maju yang pada akhirnya berdampak pada negara-negara berkembang. Salah satu negara maju yang pertumbuhan ekonominya melambat adalah Singapura.
Pada kuartal III tahun 2022, pertumbuhan ekonomi negara tersebut hanya di angka 4,1%. Padahal, tahun 2021 negara kota ini ekonominya bisa tumbuh hingga 7,6%. Melambatnya perekonomian Singapura ini lantaran negara-negara yang selama ini menjadi mitra dagang mereka, seperti China, negara-negara Eropa, dan lainnya juga mengalami perlambatan ekonomi.
“Tahun depan ekonomi Singapura akan mengalami banyak tantangan. Prediksinya pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi sekitar 2,5%,” kata Patrick Wan, Marketing Director Mobile One (M1), salah satu perusahaan telekomunikasi dari Singapura, di acara The 8th ASEAN Marketing Summit yang masuk gelaran MarkPlus Conference 2023, hari ini (07/12/2022).
Ia menambahkan, pada September 2022, inflasi di Singapura mencapai 5,3%. Sedangkan pada periode yang sama, consumer price index untuk semua jenis barang mencapai 7,5%. Dengan kata lain, orang Singapura khawatir adanya kenaikan harga. Namun di sisi lain, mereka tetap membelanjakan uang untuk membeli beragam barang. “Tahun 2023, belanja konsumen akan menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi di Singapura,” katanya.
Lalu, bagaimana strategi Singapura dalam menghadapi masa sulit ini? Patrick mengatakan Singapura akan tetap mempertahankan posisi sebagai hub bisnis terpercaya di kawasan Asia dan global. Lalu, menarik investasi, mengembangkan talenta, dan inovasi. “Singapura juga harus membuat dan mengembangkan usaha kecil menengah (UKM) lokal,” katanya.
Terkait perkembangan industri telekomunikasi, Patrick mengatakan sektor ini akan terus berkembang di Singapura. Hal ini terlihat dari pertumbuhan konsumen di industri ini yang terus tumbuh walaupun jumlah penduduk di Singapura relatif stabil. Bahkan, bisa dikatakan, proses transfomasi digital di Singapura telah berlangsung dengan sukses. Namun, menurutnya dalam melakukan transformasi digital, tiap negara punya kunci sukses yang berbeda-beda. “Tapi, kolaborasi antara pemain di industri telekomunikasi sangat penting, terutama terkait penetapan harga untuk konsumen,” terangnya.
Di sisi lain, kejelian dalam melihat kondisi pasar juga sangat penting. Saat ini pembelian prepaid SIM ini berdasarkan kebiasaan. “Pada generasi yang lebih muda, kebanyakan pembelian terjadi karena dorongan informasi,” katanya.