Tahun 2030, Ekonomi Digital di ASEAN Diperkirakan Tembus US$ 1 Triliun
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI memperkirakan nilai ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) bisa mencapai US$ 1 triliun atau setara Rp 15.014 triliun (kurs Rp 15.014 per US$) hingga tahun 2030. Hal ini ditopang oleh besarnya populasi yang mencapai 650 juta dan diperkuat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian RI menuturkan, besarnya potensi ekonomi digital masih menyisakan berbagai pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Salah satunya yakni peningkatan infrastruktur digital dan mengatasi kesenjangan digital di masyarakat.
BACA JUGA: Di Hadapan CEO TikTok, Luhut Pamer Pertumbuhan Ekonomi Digital RI
Untuk mengatasi hal itu, diperlukan kolaborasi antara stakeholder publik dan partisipasi dari sektor privat, sehingga akan meningkatkan infrastruktur digital.
”ASEAN telah memiliki potensi yang sangat besar dengan estimasi nilai ekonomi digital akan mencapai US$ 1 triliun pada tahun 2030,” kata Agus dalam acara China-ASEAN Forum on Emerging Industries 2023 di Shenzhen, Cina, Rabu (5/7/2023).
Menurutnya, kekuatan Indonesia di ASEAN tahun 2023 ingin mendorong agar kawasan Asia Tenggara menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Sehingga perlu kerja sama dengan negara-negara lain.
BACA JUGA: Perkembangan Ekonomi Digital Perlu Dukungan Antarkawasan
Sementara, isu prioritas ekonomi yang terkait upaya recovery and rebuilding, Agus mengemukakan, Indonesia akan mendorong prospek pemulihan untuk membangun kembali pertumbuhan regional, konektivitas, dan daya saing, serta memperkuat ketahanan pangan dan keuangan dengan memastikan rantai pasok pangan.
“Indonesia telah menyampaikan 16 prioritas ekonomi yang akan diusung pada masa keketuaan di ASEAN 2023 dan target capaiannya untuk mendukung ASEAN sebagai epicentrum of growth,” ujarnya.
Agus meminta kepada seluruh stakeholder untuk dapat memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh Indonesia, ASEAN, dan Cina dalam mengembangkan kemitraan yang prospektif di masa depan. Tujuannya adalah untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki.
Sedangkan dari sisi industri di kawasan ASEAN, sebesar 35% berasal dari Produk Domestik Regional Bruto. Sementara itu, kontribusi sektor industri terhadap PDB nasional juga meningkat drastis sejak pandemi, yang mencapai 16,77% pada triwulan I tahun 2023.
“Sebab itu, kami berharap bahwa Forum China-ASEAN mampu menjaga momentum di tengah lingkungan global yang amat dinamis. Kolaborasi sangat diperlukan untuk membangun kerja sama ekonomi yang saling menghormati dan menguntungkan, termasuk menjamin keberlanjutan rantai nilai di kawasan,” pungkasnya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz