Seiring dengan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah di Indonesia, permintaan semen pun meningkat. Menurut ASI (Asosiasi Semen Indonesia), total penjualan semen nasional di kuartal pertama tumbuh sebanyak 4%. Secara volume menjadi 14,4 juta ton dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya mencapai 13,8 juta ton di periode yang sama. Tapi, peningkatan ini juga karena penurunan kebutuhan pasar sebanyak 1,7% di tahun 2015.
Untuk tahun 2016 ini, ASI memperkirakan akan terjadi peningkatan kebutuhan semen sebesar 5% menjadi 63 juta ton per tahun. Pabrik-pabrik baru yang diperkirakan selesai dibangun di sisa tahun 2016 akan menambah tekanan dalam kondisi pasokan yang berlebih. Sementara itu, ekspor pun diperkirakan meningkat.
Tahun ini, beberapa pemain baru dari India, Taiwan, dan Tiongkok telah mengumumkan rencana mereka untuk berinvestasi di industri semen. Pemain baru tersebut, antara lain Anhui Conch Cement dari Tiongkok, Lucky Cement Taiwan yang berpatungan dengan perusahaan Indonesia, Fajar Semen Barru. Lalu, Ultratech asal India juga akan masuk industri semen nasional yang berprospek cerah ini. Dari dalam negeri, Medco Group juga berencana masuk industri semen. Empat perusahaan semen baru itu berencana membangun pabrik dengan total kapasitas terpasang 12,1 juta ton per tahun, dengan total investasi diperkirakan US$ 1,4-3 miliar.
Selanjutnya, di tingkat domestik, kebutuhan semen menjadi semakin beragam dengan perbedaan permintaan yang signifikan. Pertumbuhan terlemah terdapat di Kalimantan, sementara di Sumatra, Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebanyak 3,5% di tahun 2016. Pasar terbesar di Jawa diharapkan dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan hingga 4,9% sebagaimana tercatat dalam dua tahun terakhir.
Sementara itu di bagian Timur yang merupakan pasar paling kecil, justru menunjukkan pertumbuhan tertinggi hingga lebih dari 8% di Sulawesi dan 10% di Bali dan NTT. Hal ini disebabkan oleh realisasi anggaran di sektor infrastruktur yang dilakukan Pemerintah setempat sangat diperhatikan dengan baik.