Tahun Ini, Produksi Sawit Nasional Diperkirakan Mencapai 53,8 Juta Ton
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan produksi nasional mencapai 53,8 juta ton pada tahun 2022. Jumlah tersebut bakal meningkat sebesar 4,87% dibandingkan dengan produksi tahun 2021 yang mencapai 51,3 juta ton.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan, angka itu merupakan produksi secara keseluruhan baik dari minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) maupun minyak inti sawit (palm kernel oil/PKO). Secara terperinci, dia memproyeksikan produksi CPO mencapai 49 juta ton sedangkan PKO mencapai 4,8 juta ton.
“Total produksi CPO dan PKO mencapai 53,8 juta ton atau kenaikan sebesar 4,87% dibandingkan dengan produksi tahun 2021 (year on year/yoy) sebesar 51,3 juta ton. Sedangkan konsumsi dalam negeri akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan pandemi COVID-19,” ujar Mukti melalui keterangannya, Senin (7/2/2022).
Menurutnya, sepanjang tahun 2021 total kosumsi CPO dalam negeri untuk pangan naik 6%, oleokimia naik dengan 25% dan biodiesel naik dengan 2%. Sementara itu, pada tahun 2022, konsumsi untuk pangan diperkirakan naik dengan laju yang hampir sama menjadi sekitar 800 ribu ton per bulan atau setara dengan 9,6 juta ton per tahun.
Untuk oleokimia tahun 2021, konsumsinya stagnan dalam enam bulan terakhir pada sekitar 180 ribu ton per bulan dan diperkirakan akan berlanjut ke tahun 2022. Sehingga konsumsi oleokimia diperkirakan 2,16 juta ton per tahun. Lalu, konsumsi untuk biodiesel tergantung dari program mandatori biodiesel yang ditetapkan pemerintah.
Sesuai program tahun 2022, kata Mukti, program mandatori B30 dengan konsumsi biodiesel 2022 diperkirakan 8,83 juta ton. “Dengan demikian, konsumsi dalam negeri 2022 diperkirakan sekitar 20,59 juta ton. Dengan produksi 53,8 juta ton dan konsumsi dalam negeri 20,59 juta ton, maka volume untuk ekspor diperkirakan adalah 33,21 juta ton atau sekitar 3% dari tahun 2021,” ujarnya.
Dari sisi harga, Gapki memperkirakan minyak nabati akan cenderung berfluktuasi. Hal ini mempertimbangkan banyaknya faktor ketidakpastian yang tinggi dari segi produksi maupun permintaan secara global.
Kendati demikian, harga minyak nabati secara global pada Desember 2021 lebih tinggi dari harga pada Desember 2020 tetapi lebih rendah dari harga November 2021. Selama bulan Januari 2022, harga minyak nabati cenderung naik kembali. Adapun produksi oilseed tahun 2022 diperkirakan akan melimpah meskipun kekeringan di Amerika Selatan masih menjadi faktor yang harus diperhatikan dengan seksama karena dapat menurunkan produktivitas.
Melimpahnya produksi oilseed tidak langsung meningkatkan pasokan minyak nabati karena berbagai alasan. Harga oilmeal yang kurang menarik akan menjadi salah satu faktor penghambat di samping untuk pemulihan stok oilseed yang terkuras di tahun 2021.
“Produksi minyak sawit 2021 menunjukkan adanya anomali. Semester II yang biasanya lebih tinggi dari semester I di tahun 2021 justru lebih rendah. Oleh sebab itu, produksi semester I 2022 akan menjadi petunjuk apakah penurunan produksi akan terus berlanjut atau akan terjadi kenaikan,” pungkasnya.
Editor: Eko Adiwaluyo