Tak Ada Loyalitas, Namun Potongan Kue Masih Besar

marketeers article

Bermain di industri kosmetik memang bukan hal yang mudah. Sejumlah pemain mengatakan, tak ada loyalitas dari konsumen di sektor ini. Namun, potongan kue yang bisa diperoleh diakui masih cukup besar. Lalu, seperti apa kompetisi yang sebenarnya terjadi di sektor ini?

Bisnis kosmetik berdasarkan proyeksi Research & Markets tengah menjadi bisnis besar dengan nilai pasar global mencapai US$ 500 miliar atau setara dengan Rp 6.660 triliun. Indonesia sendiri diprediksi memiliki nilai pasar kosmetik mencapai US$ 675 miliar pada tahun 2020.

Photo Credits: 7seasonsstyle.com

Di Indonesia, pertumbuhan volume penjualan industri kosmetik didongkrak dengan permintaan yang meninggi dari kelas menengah. Dilansir dari Global Business Guide, jumlah populasi perempuan Indonesia sebagai pengguna kosmetik pun tergambar cukup potensial. Pasalnya, angka ini mencapai 126,8 juta orang. Sejumlah pemain hadir dan tak takut untuk berbagi kue.

Untuk dapat bertahan, Brand Manager Make Over Stephanie Lie mengatakan, brand harus tahu pasti siapa dan seperti apa karakter target market mereka. Ada poin menarik dari customer behavior perempuan Indonesia terhadap kosmetik. Stephanie mengatakan, pola pembelian konsumen di sektor ini terbilang unik dibandingkan dengan sektor lain.

Photo Credits: Pinterest.com

“Konsumen untuk produk kosmetik (make-up) cenderung tidak loyal seperti pada produk skincare. Namun, tiap pemain masih bisa memperoleh kue dari pasar ini berkat sifat implusif dari mayoritas konsumen perempuan di Indonesia,” tutur Stephanie saat ditemui November lalu.

Istilah “one make-up is never enough” kian melekat di benak sebagian besar kaum hawa. Andre Madian, Head of Marketing Glou mengatakan, meski cenderung tidak loyal, konsumen di sektor ini cenderung dengan mudah percaya dan mau mencoba berbagai produk baru.

“Mereka cenderung impulsif dan menyukai hal-hal baru. Jika mereka ingin membeli sesuatu, mereka cenderung percaya terhadap apa yang dikatakan rekannya, bukan dari brand itu sendiri. Untuk itu, memberikan experience yang baik kepada konsumen akan sangat membantu dalam menentukan hasil review di sini,” jelas Andre.

Lebih dari itu, Stephanie mengatakan ada berbagai kesempatan untuk mengeksplorasi produk kosmetik. Contoh nyata terlihat pada brand Make Over. Setelah memiliki lebih dari 250 SKU, Stephanie mengatakan masih ada begitu banyak warna, jenis, dan tekstur make-up yang dapat dikreasikan.

Para brand saling mengisi pasar dengan diferensiasi produk yang mereka tawarkan. Dua tahun lalu, Polka hadir di pasar ini dengan membawa produk Matte Liquid Lipstick yang tengah menjadi tren global.

“Saat itu, belum ada produk lokal yang memproduksi Liquid Lipstick. Kami memutuskan membawa produk ini ke pasar. Responsnya positif. Sekitar 8.000 liquid lipstick yang kami produksi untuk enam bulan terjual kurang dari dua bulan,” terang VP Brand and Product Development Tiara Adikusumah.

“Ini yang menarik dari industri kosmetik. Never enough to get lipstick or even make-up. Tiap make-up brand memiliki pasarnya sendiri dan daya belinya merata. Meski banyak kompetitor yang hadir, kuenya masih sangat besar. Tidak perlu takut kehabisan porsi di sini apalagi untuk produk yang bisa dipakai secara daily,” kata Tiara.

Editor: Sigit Kurniawan

Related