Influencer marketing menjadi strategi yang ampuh bagi merek untuk memaksimalkan pemasaran, mulai dari meningkatkan brand awareness hingga mendorong advokasi merek. Namun, dengan populernya strategi ini, timbul kesalahpahaman yang sering terjadi saat merek akan mengimplementasikannya.
Dilansir dari Little Black Book, setidaknya ada tiga mitos besar yang muncul sehingga menghambat merek dan pemasar memanfaatkan influencer marketing. Berikut selengkapnya:
BACA JUGA: Telkomsel dan Bstation Bidik Pecinta Anime Lewat Community Marketing
1. Hanya untuk Merek dengan Anggaran Besar
Sudah tidak zamannya lagi influencer marketing hanya diperuntukkan bagi merek-merek terkenal dengan dukungan selebritas dan bujet yang besar. Kekuatan dari memanfaatkan influencer terletak pada skalabilitasnya.
Merek tidak hanya dapat menguji coba strategi ini, tapi juga melibatkan kreator yang lebih kecil untuk memaksimalkan pendekatan yang tidak menghabiskan anggaran.
BACA JUGA: 7 Pelajaran dari Strategi Influencer Marketing PUMA dan UNIQLO
2. Makro di Atas Mikro
Para pemasar mungkin akan tergoda dengan jutaan pengikut yang dimiliki oleh seorang mega-influencer. Namun, hanya berfokus pada jumlah pengikut bisa menjadi kesalahan fatal.
Influencer mikro bisa lebih cocok untuk tujuan engagement dan niche khusus. Audiens yang lebih kecil dan menarik engagement sering kali lebih berharga ketimbang audiens yang besar dengan interaksi yang rendah.
BACA JUGA: 5 Strategi Viral Marketing untuk Membuat Konten Anda Mendunia
Influencer mikro cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dengan para pengikutnya, sehingga mereka lebih memercayai rekomendasi mereka. Influencer mikro sering kali merupakan spesialis dalam konten mereka, dengan fokus pada minat mereka.
Bermitra dengan influencer yang audiensnya sesuai dengan target demografis Anda dapat mencapai hasil yang lebih baik ketimbang daya tarik yang lebih luas.
3. Tidak Bisa Diukur
Efektivitas influencer marketing benar-benar dapat diukur. Ini sejumlah matriks utama yang bisa dievaluasi:
Engagement: Likes, comments, shares dan save menjadi indikator adanya interaksi audiens dengan konten influencer.
Jangkauan: Jumlah unique users yang melihat posting-an influencer.
Traffic Website dan Konversi: Evaluasi berapa banyak orang yang mengunjungi situs web Anda atau melakukan pembelian setelah mengeklik tautan dari posting-an influencer.
Brand Awareness: Survei atau social listening dapat membantu mengukur brand mentions dan sentimen di seluruh kampanye Anda.
Dengan menetapkan tujuan yang jelas dan mengevaluasi matriks ini, Anda dapat menilai dampak dari upaya influencer marketing dan menyempurnakan strategi Anda untuk kampanye pada masa mendatang.
Kesimpulan
Influencer marketing menawarkan cara yang dinamis dan hemat biaya untuk terhubung dengan audiens target Anda. Dengan memahami dan membongkar mitos-mitos umum ini, bisnis dari semua skala dapat memanfaatkan strategi tersebut untuk mencapai tujuan pemasaran mereka.
Editor: Ranto Rajagukguk