Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan realisasi lifting minyak bumi mencapai 605,5 million barrels of oil per day (MBOPD) dan lifting gas bumi 960 MBOPD pada tahun 2023. Capaian tersebut masih di bawah target yang ditetapkan anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) sebesar 660 MBOPD untuk minyak serta 1.100 MBOPD gas.
Arifin Tasrif, Menteri ESDM RI menjelaskan kendala dalam produksi minyak dan gas yang masih belum mencapai target. Dia berpendapat masalah yang terjadi, yakni tidak adanya lapangan-lapangan minyak dan gas baru yang bisa mendongkrak produksi.
BACA JUGA: Pertamina Produksi 5,5 Juta MWh Energi Bersih pada 2023
Kendati demikian, kabar baiknya adalah Kementerian ESDM mampu menekan menekan laju penurunan produksi alamiah (decline) minyak bumi. Tercatat, sepanjang tahun lalu decline minyak bumi berkurang menjadi hanya 1,2% atau dengan rata-rata 3-4%.
“Memang tren penurunan ini memang terjadi disebabkan lantaran belum memiliki sumber-sumber sumur baru yang bisa memberikan tambahan produksi baru minyak bumi. Pada tahun 2024, kami memiliki beberapa program selain bisa menahan, tapi juga diupayakan untuk meningkatkan produksi,” kata Arifin melalui keterangannya, Selasa (16/1/2024).
BACA JUGA: Lemigas Sumbangkan Penerimaan Negara Rp 231 Miliar pada 2023
Menurutnya, untuk meningkatkan laju produksi minyak perlu melakukan beberapa hal, antara lain memanfaatkan sumur-sumur yang sudah tidak aktif (idle), tapi masih memiliki potensi minyak. Program ini akan mulai dilakukan pada kuartal I tahun 2024 dan menunggu launching.
Adapun untuk meningkatkan lifting gas, Kementerian ESDM akan meminta kepada kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) melakukan optimasi produksi menggunakan Enhanced Oil Recovery (EOR).
“Kami juga akan melakukan upaya-upaya untuk melakukan optimasi dari lifting dengan menggunakan metode enhancing dengan water flood maupun dengan chemical. Ini kami dorong dan tentu saja untuk mengupayakan ini harus juga memikirkan policy atau kebijakan-kebijakan baru yang harus diterapkan,” ujarnya.
Editor: Ranto Rajagukguk