PT Takeda Innovative Medicines melakukan edukasi mengenai DBD/dengue ke Surabaya, Jawa Timur.
Seperti diketahui, kasus DBD/dengue masih menjadi perhatian kesehatan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Data Kementerian Kesehatan RI mencatat rerata kasus DBD di Indonesia mencapai 105.763 kasus dalam 5 tahun terakhir.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes yang diwakili oleh Asik Surya yang sekaligus Ketua Tim Kerja Arbovirus mengatakan berdasarkan laporan, angka kasus dan kematian akibat DBD pada tahun 2023 lebih rendah dibandingkan tahun 2022.
“Dunia saat ini menargetkan nol kematian pada tahun 2030. Hal ini tentunya tidak terlepas dari langkah-langkah intervensi yang telah dilakukan oleh Pemerintah untuk menekan kasus DBD, di mana secara garis besar terdapat tiga intervensi: intervensi pada lingkungan, intervensi pada vektor (nyamuk), dan intervensi pada manusia,” ujar Asik dalam sesi talkshow ‘Langkah Bersama Cegah DBD’ di Surabaya, dikutip dari keterangan persnya.
BACA JUGA 5 Fakta Nyamuk Wolbachia yang Disebar Kemenkes untuk Tekan Kasus DBD
Oleh sebab itu, Takeda bersama dengan Kementerian Kesehatan aktif memberikan edukasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue. Upaya edukasi mengenai DBD ini menjadi bagian dari kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD, hasil kemitraan antara PT Takeda Innovative Medicines dengan Kementerian Kesehatan, serta pemerintah dan pemangku kepentingan setempat.
“Untuk itu, pemerintah terus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam melakukan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat tentang pentingnya perlindungan yang komprehensif terhadap DBD, termasuk melalui Kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD,” ucap Asik.
Presiden Direktur Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht menyampaikan permasalahan dengue memerlukan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk peran aktif masyarakat.
“Melalui ‘Langkah Bersama Cegah DBD’ kami berharap dapat melibatkan lebih banyak masyarakat dalam memerangi DBD, serta menyukseskan target pemerintah untuk mencapai ‘nol kematian akibat dengue’ pada tahun 2030,” ujar Andreas.
Sementara itu, Sulvy Dwi Anggraeni, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menyebutkan Program PSN dengan 3M Plus memang masih efektif, namun tidak kalah pentingnya adalah mengenali gejala penyakit sehingga tidak terlambat mendapat pertolongan medis.
BACA JUGA Takeda dan Kemenkes Gelar Kegiatan untuk Suarakan Pencegahan DBD
“Untuk itu, jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala DBD, seperti demam mendadak tinggi, nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, atau muncul bintik-bintik kemerahan di kulit, segera periksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Jadi penting bagi masyarakat untuk selalu mengedepankan 3M Plus, serta mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti vaksin,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk