Pemerintah beberapa waktu lalu baru saja meluncurkan paket kebijakan ekonomi. Menurut Menteri Perdagangan Thomas Lembong, ini menandakan bahwa Indonesia merupakan negara yang ramah terhadap pelaku bisnis.
“Adanya Paket Kebijakan Ekonomi, termasuk kebijakan deregulasi dan debirokratisasi diharapkan dapat membuat kebijakan-kebijakan Indonesia lebih menarik bagi negara mitra untuk bekerja sama dan berinvestasi. Presiden RI sangat serius dalam hal ini dan Presiden yakin bahwa hal ini akan menjadi pondasi kemajuan perekonomian Indonesia, di tengah melemahnya kondisi perekonomian,” jelas Mendag dalam pertemuan Luncheon Meeting dengan United State ASEAN Business Council (US ABC).
Mendag menyampaikan bahwa kebijakan ekonomi Indonesia dilakukan karena penetapan dan pengawasan kebijakan pemerintah harus dilaksanakan bersama-sama. “Kita ingin menunjukkan bahwa antarkementerian itu berjalan seiring, tidak ada yang ke kiri ketika yang lain ke kanan,” tuturnya.
Mendag menjelaskan tujuan Paket Kebijakan Ekonomi yaitu untuk menggerakkan kembali sektor riil yang akhirnya dapat memberikan pondasi bagi lompatan kemajuan perekonomian serta memberikan perlindungan pada investor.
Salah satu agenda kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat adalah melakukan pertemuan dengan US Chamber of Commerce.
Sebelum berdiskusi dengan US Chamber of Commerce, Presiden Jokowi menyaksikan penandatanganan 12 kesepakatan bisnis di bidang energi, transportasi, dan perluasan pabrik. Pada saat yang sama, juga diumumkan enam kesepakatan bisnis. Antara lain, kesepakatan bidang energi, konservasi air, dan perbankan syariah.
Total nilai kesepakatan bisnis yang dihasilkan mencapai US$ 20,075 miliar. Rinciannya, US$ 2,402 miliar dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia atau sekitar Rp 32,43 triliun serta US$ 175 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun berupa outward investment di Texas, AS.
Editor: Sigit Kurniawan