Pemerintah terus berupaya mengatasi masalah seputar crude palm oil (CPO) dan turunannya yang menjadi pusat perhatian masyarakat belakangan ini. Permasalahan CPO terentang dari kelangkaan minyak goreng, pajak ekspor yang tinggi, hingga merosotnya harga tandan buah segar alias TBS sawit. Anjloknya harga sawit ini jelas membuat petani menjerit.
Padahal, harga sudah ditetapkan oleh dinas perkebunan tiap provinsi maupun asosiasi yang menaungi. Namun, kenyataan di lapangan berbeda. Harga TBS sawit jauh di bawah patokan yang sudah ditetapkan, hanya Rp 600 per kilogram.
Sebagai perbandingan, merujuk pada data penjualan TBS sawit dari APKASINDO periode bulan Juni 2022, di Provinsi Riau, harga sawit dengan usia 10 hingga 20 tahun senilai Rp 2.726,70 per kilogram. Sementara mengutip data dari Dinas Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Kalimantan Timur, harga acuan tandan buah segar dibanderol mulai dari Rp 2.070,34 untuk usia tiga tahun dan Rp 2.349,28 untuk usia 10 tahun ke atas. Sedangkan menurut Surat Edaran Menteri Pertanian Nomor 144/KB.310/M/6/2022 tanggal 30 Juni 2022 tentang Pembelian TBS Produksi Pekebun, menetapkan harga TBS di angka Rp 1.600 per kilogram.
Wayan Supadno, Anggota Dewan Pakar Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) mengatakan ada beberapa permasalahan yang mengakibatkan rendahnya harga tandan buah segar sawit di lapangan. Di antaranya, volume ekspor yang rendah, pajak terlalu besar, dan tangki timbun yang penuh.
“Tangki timbun CPO penuh hingga 6,3 juta ton akibat ekspor tidak maksimal. Sedangkan ekspor terhambat karena pungutan pajak ekspor terlalu mahal. Di sisi lain, pabrik kelapa sawit (PKS) banyak yang tutup, petani sawit tidak bisa menjual, jadi TBS sawit busuk di pohon. Pabrik yang masih beroperasi, menawar harga sangat rendah,” ujar Wayan.
Pemerintah menyadari adanya praktik jual beli tandan buah segar sawit yang merugikan petani sawit. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan meminta Kementerian Perdagangan untuk mempercepat ekspor minyak sawit mentah. Dengan percepatan ekspor, ini diharapkan dapat membantu mengosongkan tangki timbun yang penuh.
Tulisan ini dimuat di Majalah Marketeers Edisi Agustus 2022. Selengkapnya bisa ditemukan di sini.