Tanpa Modal Uang, Apa Rahasia Mochtar Riady Jadi Konglomerat?
Tahukah Anda, siapa sosok di balik kebesaran nama BCA saat ini? Pasti semua tertuju pada nama Jahja Setiaatmadja sebagai presiden direkturnya. Namun, jika ditarik ke belakang di saat BCA masih merintis usahanya, sosok yang bertanggung jawab atas nama besar BCA hingga saat ini adalah Mochtar Riady. Datang dari desa Malang, Kota Batu dan tidak punya uang, namun nasib Mochtar Riady ternyata tidak malang. Apa kunci Mochtar dalam membangun usahanya?
“Perjalanan ini diawali ketika saya memutuskan untuk membuat sebuah usaha dan hijrah ke Jakarta. Ayah saya sempat meragukan karena saya tidak punya uang. Namun, bagi saya, untuk memulai usaha itu bukan dengan uang tapi dengan ide. Saya pun memutuskan menjadi bankir dengan ide dasar Naik Kuda untuk Mengejar Kuda,” jelas Mochtar Riady saat menerima penghargaan Lifetime Achievement Marketeer Award 2015 di acara MarkPlus Conference 2016 di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Kamis (10/12/2015)
Mochtar melanjutkan, sebagai bankir dirinta memegang teguh nilai utama yang harus dijunjung tinggi, yaitu kepercayaan. Menurutnya, komoditas dalam menjalankan bisnis perbankan adalah kepercayaan, sementara uang hanya unsur pendukung. Hadir sebagai orang yang tidak memiliki kepercayaan dari pasar, Mochtar harus menggandeng orang yang sudah dipercaya oleh pasar.
Kerap berganti-ganti kuda dan mencari kuda yang lebih cepat. Meski Mochtar meninggalkan perusahaan sebelumnya, namun Mochtar meninggalkannya dengan predikat bank terbesar pada masanya. Seperti Bank Kemakmuran pada tahun 1961, Bank Buana, dan Bank Panin yang juga menjadi terbesar sekitar 6 tahun setelah Mochtar nahkodai.
Setelah mengembangkan Bank Panin, Mochtar pun mencari kembali kuda yang lebih cepat. Dalam hal ini, Mochtar kembali mencari partner yang memiliki kekuatan yang besar. Dirinya melihat satu sosok yang bisa dikatakan sebagai “bosnya bos bisnis di Indonesia”, yaitu Liem Sioe Liong(Alm). Kala itu, Liem yang memiliki 3 bank, salah satunya adalah BCA yang hanya memiliki aset sekitar US$ 3 juta. Akhirnya, Mochtar memilih BCA dan berambisi untuk menjadikan BCA sebagai clearing house di luar Bank Indonesia. Alhasil, BCA pun mampu tumbuh sebagai clearing house di luar bank sentral.
“Di sini saya merasa begitu bangga dan bahagia. Kini anak yang saya tumbuhkan dari kecil, BCA diteruskan oleh Jahjaa dan terus berkembang. Melihat anak saya menjadi lebih besar saya sangat senang. Bagi para pemuda yang ingin membuka usaha, modal utama itu bukan uang tapi ide. Begitu ada ide maka usaha bisa berkembang. Mengenai filosofi Naik Kuda untuk Kejar Kuda bukan yang menggurui saya. Guru terbesar pemasaran bagi saya adalah Hermawan Kartajaya,” pungkas Mochtar.