Tantangan dalam Bisnis AI, Indonesia Kurang Privilege

marketeers article
Tantangan Dalam Bisnis AI, Indonesia Kurang Privilege (FOTO: Marketeers/Bernad)

Bisnis AI menjadi sorotan sejak kemunculan ChatGPT. Namun, bisnis sebesar ChatGPT pun rupanya memiliki intrik seputar performa bisnisnya, bahkan beberapa kali diramal akan bangkrut lantaran biaya operasinya yang besar.

Di Indonesia, bisnis AI sendiri sedang bertumbuh. Beberapa pelakunya menceritakan apa saja yang menjadi tantangan dalam menjalankan usaha ini.

Jimmy Yogaswara, Founder dan CEO SOCA.AI menjelaskan yang menjadi tantangan dalam bisnis AI di Indonesia, adalah tidak adanya privilege, seperti startup di Negeri Paman Sam.

“Data dan resource. Di Indonesia yang kami nggak punya privilege, seperti startup-startup di US,” kata Jimmy dalam acara Telkomsel Data Science Weekend yang digelar di Telkomsel Smart Office, Minggu (26/11/2023).

BACA JUGA: Soca AI Interact Usung Misi Akselerasi Edukasi Teknologi

Michell Setyawati Handaka, CEO Glair.Ai menambahkan privasi data menjadi salah satu tantangan dalam bisnis ini. Cara menjaga data yang diolah dari ancaman siber dan potensinya bila digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab akan menjadi tantangan tersendiri.

Misal data suara dan data foto tiap individu. Ketika data tersebut bocor ke tangan peretas, data itu berpotensi digunakan menciptakan konten menggunakan metode deep fake.

Kemudian soal sumber daya. AI bekerja menggunakan cip dan teknologi yang cukup mahal, dan harus mempelajari study case terbaru melalui eksperimen untuk melatih AI tersebut.

“Jadi itu kalau dibilang, mungkin itu tantangan teknis terbesar dalam bisnis AI,” kata Michell.

BACA JUGA: Manfaat Customer Analytics Pada Bisnis

Hokiman Kurniawan, Co-founder Meeting.Ai menceritakan pengalamannya dalam pengadaan sumber daya teknis yang harganya makin melonjak. Dia menuturkan harga NVIDIA A100 yang merupakan GPU yang umum digunakan untuk menjalankan AI, sudah makin mahal.

“Awal tahun, satu set workstation dan GPU-nya itu Rp 1 miliar. Terus kemarin, kami sempat minta harga lagi ke distributor di Indonesia. Sekarang sudah Rp 2 miliar,” kata Hokiman.

Editor: Ranto Rajagukguk

    Related

    award
    SPSAwArDS