Tantangan dan Peluang Industri Plastik di Tengah Upaya Substitusi Impor

marketeers article
Lia Basyuni (Country Manager Pamerindo) Ben Wong (Country General Manager Pamerindo Indonesia), Ir. Heru Kustanto (Kepala Pusat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Kementerian Perindustrian RI), Gernot Ringling (Managing Director Messe Düsseldorf Asia), Meysia Stephannie (Event Director PT Pamerindo Indonesia), dan Christian Kiene (Stand Director Austrian Pavilion) berfoto bersama usai membuka Plastics & Rubber Indonesia 2024 di JIExpo Kemayoran. (Marketeers.com/Vedhit)

Pemerintah terus mendorong kemandirian industri plastik melalui kebijakan substitusi impor dan peningkatan investasi di sektor petrokimia.

Heru Kustanto, Kepala Pusat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan sinergi antara pemerintah dan sektor swasta menjadi kunci dalam mewujudkan kapasitas produksi yang mampu memenuhi kebutuhan domestik.

BACA JUGA: Gandeng Kemendikbudristek, Mondelez Indonesia Kampanyekan #BijakPlastikSejakDini

“Kapasitas produksi dalam negeri saat ini belum cukup. Kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan agar kita dapat mencapai kemandirian industri plastik,” kata Heru saat pembukaan pameran Plastics & Rubber Indonesia 2024 di JIExpo Kemayoran Jakarta, Rabu (20/11/2024).

Data terbaru dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menunjukkan pada kuartal I 2024, nilai impor plastik Indonesia mencapai US$ 233,15 miliar, jauh di atas nilai ekspor yang hanya sebesar US$ 103,47 juta.

BACA JUGA: Konstruksi Indonesia 2024, Ajang Inovasi dan Kolaborasi Industri Konstruksi

Fakta ini menyoroti ketergantungan signifikan terhadap bahan baku impor, dengan produsen lokal baru mampu memenuhi sekitar 50%-60% kebutuhan nasional.

Dalam menghadapi tantangan ini, fleksibilitas produksi menjadi prioritas utama bagi pelaku industri. Langkah strategis berupa ekspansi kapasitas produksi menjadi salah satu solusi yang diharapkan dapat menjawab kebutuhan pasar domestik sekaligus meningkatkan daya saing global.

Tidak hanya itu, pengembangan material plastik inovatif, seperti pelet dan granule dengan karakteristik yang sesuai kebutuhan spesifik industri juga mulai diperkenalkan.

Inovasi dalam bahan baku dan teknologi produksi menjadi faktor penting yang mendukung efisiensi dan keberlanjutan industri plastik. Fleksibilitas ini diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar yang dinamis, terutama dalam sektor manufaktur, konstruksi, hingga produk konsumen.

Langkah ini juga dianggap sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor secara bertahap.

Heru menambahkan investasi dalam sektor petrokimia tidak hanya penting untuk meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga untuk menciptakan ekosistem industri yang lebih mandiri.

“Kami melihat peningkatan investasi sebagai langkah strategis untuk memastikan ketersediaan bahan baku sekaligus mendukung pertumbuhan industri plastik di masa depan,” tuturnya.

Melalui kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta, diharapkan upaya peningkatan kapasitas produksi ini dapat memperkuat struktur industri plastik dalam negeri.

Dengan strategi yang terarah dan inovasi yang berkelanjutan, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengurangi ketergantungan impor dan menjadi pemain yang lebih kompetitif di pasar global.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS