Keberadaan e-money di Indonesia meski sudah cukup lama, namun penetrasinya masih rendah. Bayangkan, sejak tahun 2009 diperkenalkan di Indonesia, e-moneybelum mampu menggantikan transaksi tunai, dengan kartu kredit atau debit.
Padahal, banyak pelaku industri termasuk pemerintah yang terus menggalakkan program transaksi non-tunai. Salah satunya melalui program pemerintah yang dikenal dengan sbeuatan cashless society. Lantas, apa yang membuat penetrasi dari e-money di Indonesia masih alot seperti saat ini?
Bank Mandiri sebagai salah satu pemain yang memiliki produk e-money, menemukan setidaknya ada tiga tantangan untuk misi di atas. Pertama, permasalahan bisnis model yang belum optimal. Belum adanya bisnis model yang menguntungkan untuk seluruh pelaku industri uang elektronik di Indonesia.
Kedua, belum adanya standarisasi uang elektronik. Hal ini menyebabkan sulitnya interoperability antarpenerbit uang elektronik di Indonesia. Ketiga, soal edukasi, sosialisasi, dan biaya pengembangan teknis yang relatif mahal. Dalam hal ini, diperlukan dukungan regulator dalam membentuk skema pricing incentives untuk e-payment dibandingkan tunai.
Lantas, kapan ekosistem e-money di Indonesia dapat terbentuk dengan baik?
Editor: Sigit Kurniawan