Produsen Terbesar Ketiga, Apa Tantangan Industri Cokelat Indonesia Kini?

marketeers article
Checking quality of organic crop. Closeup of hands observe red cacao fruit

Menjadi negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia bukan berarti Indonesia dengan mudah memperoleh kakao. Fakta yang ditemukan produsen produk olahan kakao, Mondelez,  pertanian kakao di Indonesia justru kian memprihatinkan.

Perjalanan cokelat di Indonesia dikatakan  Andi Sitti Asmayanti, Cocoa Life Director for Southeast Asia, Mondelez International tak terlepas dari berbagai tantangan. Meski terlihat menjanjikan, yang mana 95% penghasil kakao di Indonesia adalah petani individu dengan luas tanah sekitar satu hektar per petani, namun nyatanya memproduksi kakao belakangan ini bukan hal mudah.

“Pertanian kakao masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain lantaran cara tradisional dalam budidaya kakao yang masih dijalankan. Sehingga, produktivitas pun rendah, dan berujung pada penurunan ketertarikan petani untuk memproduksi kakao,” jelas Andi di Jakarta, Kamis (02/08/2018).

Menurut Andi, rendahnya produksi kakao juga dipengaruhi oleh usia tanaman yang sudah tua. “Belum lagi kurangnya nutrisi tanah dan persoalan hama kian membuat petani kakao enggan membudidayakan tanaman ini, dan beralih ke tanaman lain,” ungkap Andi.

Sementara dari sisi komunitas, Andi mengatakan tak banyak generasi muda yang tertarik untuk mengembangkan sektor produksi kakao. Kondisi iklim yang kian memburuk juga turut memengaruhi kesulitan produksi kakao di Indonesia.

“Meski satu petani mengolah lahan yang besar secara individu, namun iklim yang kian tak tentu membuat panen kian sulit. Seorang petani mungkin bisa memperoleh panen maksimal dua ton per satu hektar, namun hasil yang tak maksimal membuat hasil produksi tak mencapai dua ton,” jelas Andi.

Sebagai upaya menyelamatkan pertanian kakao Indonesia, Mondelez pun membuat demonstration plot kepada para petani. Andi mengatakan ada satu percontohan bagi 500 petani. Dalam bentuk edukasi, Mondelez berinvestasi untuk menyambung usia kakao Indonesia.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS