Tantangan Bagi Pelaku Industri 4.0 di Tahun 2018 Mendatang

marketeers article

Pertumbuhan ekonomi yang masih relatif stagnan dan adanya tantangan digital tidak menurunkan optimisme para pelaku industri untuk terus mengembangkan bisnisnya. Setiap perusahaan berkompetisi untuk bisa menjadi yang terdepan. Saat ini perusahaan-perusahaan terus berupaya melakukan perbaikan pada proses bisnis secara berkelanjutan dan juga adaptasi digital dalam bisnis mereka.

Sebagai salah satu contoh adalah yang dilakukan oleh PT Pembangkitan Jawa Bali, menurut Miftahul Jannah selaku Director of Operation PT Pembangkitan Jawa Bali salah satu hal yang terpenting dalam industri power plant adalah menyetok peralatan-peralatan produksi sehingga perlu adanya tindakan pencegahan. Manfaat yang bisa diperoleh dari optimasi yaitu kepastian keandalan suatu peralatan akan lebih baik, sumber daya untuk pemeliharaan bisa direncanakan dengan baik, dan yang terakhir pemakaian bahan bakar akan lebih irit.

“Proses optimasi yang dilakukan ini merupakan salah satu bentuk improvement yang dilakukan di PJB untuk menurunkan biaya,” jelas Miftahul dalam acara OPECXON di Jakarta.

Pergerakan bisnis yang saat ini bergerak pada era digitalisasi dipahami oleh pengamat ekonomi Faisal Basri sebagai langkah kolaborasi bersama. Baginya pemerintah sebagai regulator juga perlu untuk mempersiapkan infrastruktur dasar dan pendukung untuk mendukung pergerakan era industri 4.0. Salah satunya, ia menyoroti konektivitas jaringan internet di Indonesia, menurutnya konektivitas di Indonesia masih kalah dari beberapa negara di regional ASEAN.

Dalam paparan Economic Outlook Indonesia tahun 2018 pada ajang OPEXCON, ia memperingatkan bahwa belanja infrastruktur yang sedang dijalani pemerintah harus bisa ditunda. Bila belanja infrastruktur tidak ditunda, ia menyebutkan akan ada potensi krisis kecil dialami oleh Indonesia. Potensi krisis tersebut muncul karena belanja infrastruktur negara yang sangat besar. Sementara, menurutnya pertumbuhan penerimaan pajak negara terus mengalami penurunan.

Krisis kecil yang dimaksudkan olehnya dalam hal ini adalah pelemahan mata uang rupiah hingga ke level Rp14 ribu per dolar Amerika, dan penurunan pertumbuhan ekonomi hingga level 4,9%.

 

Related

award
SPSAwArDS