Tidak seperti yang diharapkan banyak pihak, penjualan properti tahun 2016 tak berhasil memulihkan pasar properti Tanah Air. Banyak pengembang properti yang tidak berhasil mencapai target penjualan. Begitupun dengan Sinarmas Land, yang meraih 90% dari target penjualan properti (marketing sales) tahun 2016.
Pengembang properti yang merajai pasar Serpong, Tangerang ini mencetak marketing sales sebesar Rp 6,25 triliun, atau tak sampai dari target tahun lalu yang dipatok Rp 6,9 triliun.
“Dari semua proyek Sinarmas Land, hanya penjualan kawasan industri (Deltamas) yang melebihi target dari 50 hektare menjadi 53 hektare,” ujar Direktur PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) Hermawan Wijaya kepada awak media yang hadir.
Pada tahun 2017, Sinarmas Land cukup optimistis memasang target. Untuk BSD City, pihaknya mematok pertumbuhan penjualan sebesar 15,5%. Sedangkan untuk PT Puradelta Lestari Tbk (Delta Mas), targetnya lebih tinggi lagi mencapai 50%.
BSD memproyeksikan marketing sales-nya tumbuh menjadi Rp 7,2 triliun dibandingkan realisasi tahun lalu Rp 6,25 triliun. Sumbernya berasal dari residensial sebesar Rp 3,5 triliun, komersial Rp 2,8 triliun, dan lain-lain Rp 840 miliar.
Meski meningkat, target penjualan residensial di BSD tahun ini turun 14,42% dibandingkan realisasi tahun lalu yang berhasil mencetak penjualan Rp 4 triliun.
“Kali ini, kami penuh kehati-hatian dalam menyasar target. Kalau kita set target, kita pastikan tidak akan mengubah di tengah tahun,” ucap Hermawan.
Ia melanjutkan, “Sedangkan teman-teman kita di properti lain seperti Summarecon dan Ciputra kerap menurunkan target ketika tengah tahun, saat kondisi pasar tak mendukung,” tuturnya.
Dia menerangkan, penentuan target penjualan residensial tahun ini didasarkan atas berbagai pertimbangan. Kendati aturan LTV (loan-to-value) tak lagi menjadi masalah di konsumen, akan tetapi ekonomi global masih memberikan rambu kuning bagi sektor properti.
Pasalnya, kata Hermawan. Bank Indonesia masih melihat potensi kenaikan suku bunga The Fed yang akan berimbas pada nilai tukar valas serta tingkat suku bunga perbankan suatu negara.
BSD City menggelontorkan capital expenditure (capex) tahun ini sebesar Rp 4 triliun. Sementara itu, capex Delta Mas tahun ini Rp 700 miliar. “Secara total, Rp 1 triliun akan kami alokasikan untuk akuisisi lahan,” terang Hermawan
Proyek di Jakarta
Sinarmas Land memang dikenal sebagai pengembang khusus greeter Jakarta. Sekitar 90% land bank perusahaan berada di area Jabodetabek, dimana BSD menjadi penyumbang lahan terbesar, atau mencapai 2.500 hektare.
Kemudian Grand Wisata Bekasi memiliki 572 hektare yang siap dikembangkan, disusul oleh Kota Wisata Cibubur 129 hektare, Legenda Wisata Cibubur 17 hektare, Taman Permata Buana Jakarta Barat 4 hektare, dan Banjar Wijaya Tangerang 16 hektare.
Tahun 2010, BSD melakukan merger dengan PT Duta Pertiwi Tbk, sehingga memperluas cakupan lahan properti BSD yang hingga kini tersebar di sembilan kota, meliputi Surabaya (245 hektare), Balikpapan (224 hektare), Palembang (143 hektare), Manado (14 hektare), dan tentu saja Jakarta.
Proyek Sinarmas Land di ibukota sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1990an melalui pembangunan pusat belanja ITC yang sampai saat ini berjumlah sembilan gedung. Di Tahun Ayam Api ini, Sinarmas akan menambah portofolio dengan meluncurkan dua proyek properti di Jakarta.
Pertama adalah proyek properti mixed use development di kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, di atas lahan 5,4 hektare. Di sana akan terdapat AEON Mall asal Jepang seluas 50.000 m2 dan dijadwalkan beroperasi pada tahun 2019.
“Kami soft launching pada 25 Februari 2017 untuk menara pertama apartemen dari dua menara yang akan dibangun,” kada Hermawan. Adapun, harga penawaran apartemen tersebut mulai dari Rp 26 juta per m2.
Selain itu, Sinarmas Land sudah mulai menjual unit kondominium dua menara di Kawasan Rasuna Epicentrum Lot 16 bertajuk The Elements. Proyek seluas 6.000 m2 ini sebagian dijual untuk konsumen, dan sebagian lainnya akan dipertahankan sebagai serviced apartment demi menambah pundi-pundi pendapatan berjalan perusahaan.
“Sekarang, baru terjual 30%. Kalau sudah terjual seluruhnya saat ini, kami berhasil mengantongi Rp 1,3 triliun,” tutur Hermawan.
Di kawasan Rasuna tersebut, Sinarmas Land berencana membangun dua proyek tambahan yang lokasinya saling berdekatan. Proyek pertama berupa apartemen, dan proyek berikutnya berupa mix used development mencakup perkantoran, apartemen, hotel, dan pusat belanja. “Ini masih dalam perencanaan,” tegas Hermawan.
Selain Ibukota, Sinarmas Land tahun ini juga merambah Surabaya dengan membangun proyek Klaska Residence, proyek enam menara apartemen yang dijual mulai dari Rp 300 juta per unit.
Genjot komersial
Berkaca dari proyek-proyek di atas, Sinarmas Land yang bertahun-tahun dikenal sebagai pemain residensial (rumah tapak), mulai merambah portofolio di sektor komersial meliputi apartemen, kondominium, dan pusat belanja. Bahkan, perusahaan ini menargetkan, penjualan apartemen akan menyumbang 10%-15% dari total target sales tahun 2017.
Hermawan mengakui, penjualan rumah tapak cukup ‘seret’ selama setahun terakhir, Ia bilang, tiga hingga empat tahun lalu, penjualan rumah di BSD didomimasi oleh kisaran harga Rp 2-3 miliar. Akan tetapi, saat ini, produk rumah di kisaran Rp 1 miliar lah yang dicari konsumen.
Karena itu, di kawasan BSD, Sinarmas Land mendorong penjualan tanah skala besar kepada para pemilik modal maupun investor yang ingin berinvestasi di Serpong. Saat ini, Sinarmas Land telah menggandeng pengembang asing, yaitu Hong Kong Land dengan membangun NavaPark, investor Jepang AEON, serta mitra lokal seperti Kompas Gramedia dan Kalbe.
“BSD masih memiliki banyak lahan yang siap dikembangkan di Tangerang dengan captive market mencapai 2 juta penduduk. Kami sedang mencari mitra strategis untuk menjual lahan-lahan di BSD,” tutur Hermawan yang belum berani menyebut mitra barunya tersebut.
Editor: Sigit Kurniawan