Targetkan Menjadi Mega Gym, Ini Strategi Ekspansi Fitness Plus

marketeers article
Rencana ekspansi bisnis kebugaran Fitness Plus (Ilustrasi: 123RF)

Merek pusat kebugaran asal Bali, Fitness Plus berencana melebarkan jangkauan bisnisnya ke pasar Ibu Kota. Founder Fitness Plus Dith Satyawan mengatakan merek memang sedang bergerak untuk memperluas cakupan bisnis setelah melihat performa bisnis yang apik tahun ini.

Titik pertama pembukaan Fitness Plus diawali di Intermark BSD City, Tangerang, Banten. Pria yang karib disapa Didit ini mengaku akan ada pembukaan sasana atau tempat latihan baru di area Sunter, Jakarta Utara.

“Kemarin itu saya dapat tawaran teman di Sunter. Saya sudah lihat lokasi dan tempat yang di Sunter. Lokasinya bagus banget. Doakan saja, setelah BSD, Sunter selanjutnya,” kata Didit ditemui usai pembukaan sasana di Intermark BSD, Selasa (8/8/2023).

BACA JUGA: Pasar Fitness Bertumbuh, Fitness Plus Ekspansi ke Intermark BSD

Merek yang memulai beroperasi sejak 4 hingga 5 tahun lalu ini memiliki poros bisnis di Bali. 9 dari 11 total sasana yang dimiliki merek bertempat di Pulau Dewata.

Saat ini, 90% pendapatan Fitness Plus masih disumbangkan dari outlet-outlet di Bali. Harryadin Mahardika, Co-Founder Fitness Plus melihat pelebaran jaringan memiliki potensi besar untuk meningkatkan pemasukan merek, terutama dengan merambah area Jabodetabek.

“Jabotabek merupakan pasar yang sangat kornpetitif sehingga memerlukan strategi baru yang disruptif,” katanya.

Harryadin juga menyebut bahwa merek memiliki rencana ekspansi yang agresif. Merek mengincar menjadi Mega Gym berjaringan terbesar di Tanah Air pada tahun 2028.

BACA JUGA: Lewat Horizon, Johnson Fitness Kawinkan Tren Olahraga dan WFH

Pasar fitness baik di Indonesia bertumbuh secara positif. Laporan riset Global Wellness Institute mengatakan bahwa pada tahun 2020 total nilai ekonomi wellness mencapai US$ 4,4 triliun.

Penyumbang terbesarnya berasal dari tiga segmen besar, yakni personal care & beauty senilai US$ 955 miliar, healthy eating, nutrition, & weight loss senilai US$ 946 miliar, dan aktivitas fisik senilai US$ 738 miliar.

Penyumbang terbesar lainnya, seperti wellness tourism dan traditional & complementary medicine, masing-masing menyumbang nilai US$ 436 miliar dan US$ 413 miliar.

Secara global, ketiga sektor tersebut menyumbang lebih dari 60% dari ekonomi wellness. Sedangkan aktivitas fisik menyumbang lebih dari 50% ekonomi wellness di 189 dari 218 negara yang disurvei Global Wellness Institute.

Hal ini terutama berlaku di negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi yang tidak bergantung pada sektor pariwisata.

Tutur Didit, merek sendiri kini mengelola kisaran 20.000 lebih member. Karena masih terpusat secara demografi dan geografis di Bali, member sasana lebih banyak didominasi dari kalangan wisatawan mancanegara.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS