Setelah industri farmasi berhasil mendapatkan omset Rp 52 triliun di tahun 2014, industri ini terus berupaya memajukan dan menaikkan target industri ini hingga tahun-tahun mendatang. Salah satu target yang diharapkan adalah kenaikan omset pada tahun 2015 ini sebesar 10%. Selain target tersebut, pemerintah bersama Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi) memiliki roadmap industri farmasi ini.
“Kami menargetkan omset industri farmasi sebesar Rp 700 triliun pada tahun 2025. Kami bersama dengan GP Farmasi telah membuat roadmap karena kami menyadari harus ada percepatan. Kami membahasnya di internal kementerian karena itu lintas sektornya besar. Dengan adanya JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) tentu diperlukan percepatan-percepatan,” ujar Maura Linda Sitanggang, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia saat ditemui dalam pembukaan CPhl SEA 2015 di Jakarta International Expo, Jakarta, Rabu (8/4/2015).
Sementara itu, Johannes Setijono selaku Ketua Umum GP Farmasi dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa untuk mendorong mencapai target Rp 700 triliun, GP Farmasi terus memasyarakatkan tujuan jangka panjang ini agar pelaku industri farmasi yakin memiliki kesempatan yang baik sehingga dapat memanfaatkan momentum ini dengan baik. “Roadmap ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, asumsi makro ekonomi Indonesia. Kedua, apakah perusahaan farmasi yang ada di Indonesia mampu memanfaatkan pasar tersebut dengan melakukan transformasi industri. Caranya dengan melakukan investasi di berbagai aspek, seperti research and development (R&D), bahan baku, maupun natural product,” tambahnya.
Selain itu, Johannes menyebutkan bahwa untuk mendorong pertumbuhan industri juga diperlukan investasi pabrik. Seperti diketahui untuk membuat pabrik diperlukan dana yang sangat besar. Untuk itu, dibutuhkan investasi Rp 200 triliun untuk total industri lokal dan multinasional yang ada di Indonesia.
Selain berinvestasi dengan membangun pabrik, industri farmasi memerlukan peningkatan R&D. Sebagai contoh, R&D yang semula berfokus pada formulasi, kini lebih menuju biofarmasi. Untuk itu, industri ini membutuhkan ahli dalam bidang tersebut. Sayangnya, para ahli ini berkarya di luar negeri karena di Indonesia mereka tidak dapat mendapatkan pekerjaan. Namun, mereka sebenarnya mau kembali ke Indonesia apabila mereka dapat mengembangkan ilmunya di Indonesia. Sehingga, industri farmasi harus bersiap meningkatkan pertumbuhan pasar di Indonesia dengan melakukan transformasi di berbagai aspek sehingga tujuan jangka panjang yaitu omset Rp 700 triliun tercapai.