Putu Reza memulai kontennya di YouTube semenjak tahun 2013. Dari awal, kontennya sudah fokus dalam bidang teknologi dan gadget, mulai dari ponsel pintar, speaker, headphone, dan game.
“Simpel aja sih kenapa saya memilih teknologi karena saya memang suka. Saat ini orang banyak terikat dengan teknologi. Dan, teknologi juga semakin pesat perkembangannya,” ujar Reza.
Semenjak tahun 2013, dirinya sudah memproduksi lebih dari 190 video. Konten pun dijadwal setiap seminggu sekali. Untuk produksi, biasanya Putu membutuhkan waktu dua minggu. Cukup lama karena ia mengaku mengerjakan semuanya sendirian tanpa ada bantuan pihak lain.
Sampai saat ini puluhan brand teknologi sudah menggunakan jasanya. Dari pengalaman akan fitur tertentu hingga video unboxing. “Ada beberapa brand yang minta khusus videonya seperti apa. Tapi saya ada guideline kalau segala bentuk konten semuanya dari saya,” terangnya.
Ia mencontohkan ada satu brand yang fiturnya ingin diulas secara khusus. Namun, kembali lagi tidak semua diiyakan olehnya. Reza melihat apakah fitur tersebut benar-benar bagus atau tidak.
“Ada yang maksa tapi akhirnya tidak dilanjutin. Saya masih menjaga independensi dari konten saya. Semisal tidak bagus, ya, saya bilang produknya tidak bagus. Jadi brand ada pilihan ingin melanjutkan atau tidak. Semisal mereka mau dilanjutkan meskipun jelek produknya, video tetap diunggah namun brand tidak perlu bayar ke saya,” jelas Reza.
Untuk menjaga independensi, Reza mengaku beberapa gadget yang ia ulas didapatkan dengan membeli melalui koceknya sendiri. Meskipun ada beberapa yang memang titipan dari brand. Berbicara rate, Reza mengaku dirinya membanderol di bawah Rp 10 juta.
“Dari awal, video ini cuma buat ngasih tahu ke penonton, dan saya tidak bisa menjanjikan sales kepada brand tersebut. Semua keputusan ada di konsumen,” katanya.
Sampai saat ini Reza masih menikmati pendapatan yang ia dapatkan dari YouTube sebagai platform. Meskipun ia mengakui YouTube tidak terlalu transparan dalam urusan pendapatan ini.
Apa pesan Reza bagi para merek yang ingin menggunakan jasanya? “Pada brand harus berhenti ingin terlihat sempurna. Konsumen sudah pintar dan informasi dapat tersebar di mana-mana. Konsumen akan tahu dengan sendirinya,” katanya.