Pengurangan emisi merupakan salah satu hal yang terus diupayakan oleh berbagai stakeholder di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah lewat jalinan kerja sama dengan negara lain.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pemerintah pun telah melakukan kerja sama dengan Jerman terkait aksi untuk menekan emisi.
“Kedua negara telah menjalin hubungan baik selama sekitar 60 tahun dan telah bekerja sama mengurangi emisi karbon untuk memerangi perubahan iklim,” kata Budi Karya Sumadi dikutip dari website Kementerian Perhubungan, Rabu (15/11/2023).
Dalam kerja sama itu, kedua negara sepakat untuk bersama-sama mengembangkan sistem transportasi hijau. Kolaborasi itu dilakukan sebagai dukungan terhadap implementasi ‘The Green Infrastructure Initiative‘ atau Inisiatif Infrastruktur Hijau.
BACA JUGA: PLN Klaim PLTS Terapung Cirata Mampu Turunkan Emisi 214 Ribu Ton
Ia menekankan sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang emisi karbon. Untuk itu, pemerintah terus berupaya menciptakan sistem transportasi yang ramah lingkungan.
Hal itu pun didukung oleh Pemerintah Jerman melalui KFW Development Bank. Dukungan itu diwujudkan lewat kesepakatan dalam mengimplementasikan kerja sama pendanaan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan (transportasi hijau) di sejumlah kota di Indonesia.
Dalam kerja sama itu, salah satu pendanaan yang dicakup adalah pembangunan sistem Bus Rapid Transit (BRT) di Semarang dan Surabaya. Selain itu, kerja sama kedua negara juga meliputi perkeretaapian di Surabaya.
“Harapan kita ke depannya, semoga lebih banyak proyek transportasi hijau yang segera akan dimulai, sejalan dengan rencana jangka menengah dalam periode 2025-2029,” ujarnya.
BACA JUGA: INKA Uji Coba 5 Bus Listrik untuk Transportasi Wisata di TMII
Soal langkah dalam menekan emisi karbon, Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia atau DAMRI juga ikut berperan dalam menghadirkan mobilitas yang ramah lingkungan. Hal itu dibuktikan dengan pengoperasian bus listrik di Bandung, Jawa Barat.
Ramdhani Agung Sukirno, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis DAMRI, mengatakan untuk mewujudkan hal itu perusahaan bersinergi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan. Lewat kolaborasi itu, perusahaan meluncurkan layanan perkotaan bus listrik berbasis Buy The Service (BTS) di Bandung, yang beroperasi dengan rute Terminal Leuwipanjang-Dago dan sebaliknya.
“Layanan yang dihadirkan DAMRI melalui basis BTS itu sendiri adalah program dari Kementerian Perhubungan yang merupakan layanan jasa angkutan massal perkotaan berupa bus yang akan memperkuat konektivitas moda transportasi,” kata Ramdhani Agung Sukirno.
BACA JUGA: Akibat Perubahan Iklim, Tanaman Kopi Terancam Punah pada 2050
Layanan BTS bus listrik dengan rute Terminal Leuwipanjang-Dago ini melewati beberapa titik pemberhentian, di antaranya Rumah Sakit Immanuel, Taman Tegalega, Terminal Tegalega, RSKIA Astanaanyar, Stasiun Bandung Pintu Selatan, Balaikota, BEC, Hotel The 101, Taman Radio, Kartika Sari, Rumah Sakit Borromeus, UNIKOM, dan Unpad Dipatiukur.
“Tarif yang dikenakan sebesar Rp 4.900 per tiket dengan sistem pembayaran tap on bus atau TOB menggunakan uang elektronik maupun QRIS. Saat ini total bus listrik yang digunakan adalah sebanyak tujuh unit,” ujarnya.
Kapasitas bus tersedia untuk 24 orang dengan jumlah seat 19 penumpang dan 5 orang penumpang berdiri. Menurutnya, kapasitas tersebut sudah ditentukan demi kenyamanan dan keamanan penumpang ketika menaiki bus listrik ini.
Editor: Ranto Rajagukguk