Tekan Polusi Udara, TransJakarta Bakal Tambah 200 Bus Listrik

marketeers article
Rachmat Kaimuddin, Deputi III bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves). Sumber Gambar: pers rilis.

PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) bakal menambah sebanyak 200 bus listrik hingga akhir tahun 2024 untuk menekan polusi udara di Jakarta. Jumlah ini bakal menambah armada ramah lingkungan yang sebelumnya telah dimiliki sebanyak 100 unit.

Rachmat Kaimuddin, Deputi III bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menjelaskan dalam jangka panjangan pemerintah akan menggunakan 100% electric vehicle (EV) untuk bus tunggal baru. Nantinya target ini dikejar secara bertahap.

BACA JUGA: Strategi Pelindo dan Transjakarta Sajikan Transformasi Layanan

“Kami berharap dapat memiliki biodiesel yang lebih bersih pada kuartal IV tahun 2024 dan bensin yang lebih bersih pada kuartal I tahun 2025 di beberapa wilayah Indonesia. Kami juga telah memperluas jangkauan TransJakarta dan penggunaan bus EV,” kata Rachmat dalam acara International Sustainability Forum 2024 (ISF 2024) di Jakarta, Jumat (6/9/2024).

Selain meningkatkan jumlah EV pada moda transportasi massal, kata Rachmat, pemerintah juga memberikan perhatian utama untuk mengurangi polusi dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Penelitian dan studi untuk memvalidasi solusi hemat biaya terbaik untuk mengurangi polusi udara karena PLTU dan gas buang kendaraan akan diperbanyak guna mendapatkan solusi yang konkret.

BACA JUGA: Deklarasi Wonderful Indonesia 2030: Komitmen Industri Pariwisata Soal SDGs

Upaya tersebut dilakukan lantaran pemerintah menilai ada inefisensi biaya dalam penerapan solusi untuk mengurangi polusi udara. Karenanya memerlukan koordinasi berbagai pemangku kepentingan.

Rachmat mencontohkan sumber polusi udara terutama di perkotaan seperti Jakarta adalah emisi kendaraan bermotor, pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU), atau pembakaran terbuka. Selain itu, kualitas bahan bakar Indonesia bahkan belum memenuhi standar Euro.

Secara umum, standar emisi PLTU di Indonesia saat ini masih tertinggal dibandingkan negara lain, seperti Cina, India, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS). Rachmat menambahkan saat ini sedang dilakukan evaluasi cara untuk mengurangi emisi PLTU dan meningkatkan standar di masa mendatang.

“Kami juga mengevaluasi kemungkinan perluasan penerapan Low Emission Zone (LEZ),” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS