Kondisi rupiah terus mengalami tekanan dalam sepekan terakhir. Bahkan, mata uang Indonesia itu sempat mengalami depresiasi hingga mendekati Rp 16.300 per US$.
Kondisi ini seiring arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang cenderung mempertahankan suku bunga acuan lantaran kondisi ekonominya yang masih solid. Alhasil, ini memengaruhi sentimen pasar dan membuat berbagai mata uang negara di dunia, termasuk Indonesia melemah.
Di sisi lain, dampak penguatan dolar AS di dalam negeri menimbulkan berbagai ancaman, termasuk peningkatan inflasi. Hal itu terjadi karena naiknya berbagai harga barang, terutama yang bahan bakunya diperoleh melalui impor.
BACA JUGA: Hindari Krisis, Ini Cara Membangun Tim Pemasaran yang Tangguh
Asal tahu saja, mayoritas industri domestik dalam skala besar masih bergantung dengan bahan baku dari luar negeri. Ini membuat biaya produksi meningkat dan tak jarang pelaku usaha memutuskan untuk menaikkan harga barang ketimbang menurunkan margin keuntungan.
Hal itu akan berdampak ke sektor industri turunan lainnya sehingga menyebabkan mayoritas harga barang di dalam negeri juga menjadi mahal. Pada akhirnya, ini berlaku sama bagi perusahaan atau merek Anda yang memiliki basis pelanggan tetap.
Lantas bagaimana perusahaan atau merek Anda tetap bertahan di tengah tantangan pelemahan rupiah hingga inflasi? Apakah perusahaan tak perlu menjalankan strategi marketing?
BACA JUGA: Menggali Perbedaan Strategi Pemasaran Digital IndiHome
Bagaimanapun tantangannya, kegiatan pemasaran bagi perusahaan atau merek harus tetap berjalan. Hermawan Kartajaya, Founder and Chairman MCorp mengatakan, dalam sebuah perusahaan, marketing sangat penting untuk menjaga kelangsungan bisnis.
Dia menilai marketing bukan hanya sekadar bagian tubuh dari sebuah organisasi atau perusahan, melainkan jiwa dan nyawa dalam perusahaan tersebut. Dengan begitu, kegiatan pemasaran tak boleh berhenti jika bisnis ingin tetap berlanjut.
Dilansir dari Forbes, merespons situasi saat ini, tim pemasaran Anda menjadi kunci untuk menghadapi kenaikan inflasi. Tim pemasaran Anda harus mengevaluasi strategi bauran pemasaran (marketing mix) 4P yang berupa product, price, place, dan promotion, seperti sebagai berikut:
BACA JUGA: Ini 5 Kesalahan Umum Strategi Pemasaran oleh Bisnis Kecil
Product
Produk atau layanan Anda merupakan jantung dari merek Anda, sekaligus menjadi fondasi untuk kelangsungan bisnis. Jika produk atau layanan merek Anda sangat berkualitas dan membantu menyelesaikan masalah pelanggan Anda, maka mereka tentu bersedia untuk membayar lebih mahal.
Dalam konteks ini, merek harus menjaga kualitas produk, terus berinovasi dan meningkatkan layanan demi menjaga pertumbuhan pelanggan.
Price
Inflasi membuat biaya pengeluaran perusahaan atau merek Anda membengkak karena adanya kenaikan bahan baku, produksi hingga distribusi. Alhasil, merek Anda terpaksa menaikkan harga untuk mempertahankan keuntungan demi kelangsungan bisnis.
Kebijakan menaikkan harga akan tepat jika pelanggan Anda mau menerimanya dengan pertimbangan produk atau layanan merek Anda berkualitas dan dibutuhkan. Di sisi lain, ada upaya lain yang bisa dijalankan merek, yaitu dengan mengurangi kuantitas dalam produk atau layanan Anda tanpa menaikkan harga.
Place
Tim pemasar Anda harus mengevaluasi dengan cermat di mana pelanggan Anda membeli barang saat adanya kenaikan inflasi. Meski lokasi fisik menjadi penting, namun inflasi membuat biaya tambahan bagi pelanggan karena adanya kenaikan harga bahan bakar atau jasa transportasi.
Merek harus menyediakan platform online dalam hal ini marketplace sehingga pelanggan bisa menjangkau produk Anda.
Promotion
Ehrenberg-Bass Institute dalam studinya menunjukkan merek yang berhenti melakukan promosi dalam jangka waktu lama mengalami penurunan penjualan sebesar 16% pada tahun pertama dan 25% setelah tahun berikutnya. Oleh karena itu, promosi harus tetap dijalankan meski merek diadang kenaikan inflasi.
Lewat promosi merek bisa memperkuat ikatan emosional dengan pelanggan dan tetap mempertahankan brand awareness di pasar.