Satu dari sepuluh pasangan suami istri di Indonesia kesulitan memperoleh keturunan. Infertilitas ini diperkirakan menghantui 3 juta pasangan di Indonesia. Program bayi tabung menjadi alternatif solusi untuk menghadirkan sang buah hati. Namun, sejumlah kendala masih menghambat keberhasilan program ini. Melihat kondisi ini, Morula IVF Indonesia terapkan teknologi Pre Implantation Genetic Screening (PGS). Teknologi yang digadang-gadang sebagai yang pertama di Indonesia ini diyakini bisa meningkatkan keberhasilan kehamilan.
Morula IVF menjalin kemitraan dengan lembaga Reproductive Health Science Ltd dari Australia untuk hadirkan teknologi PGS. dr. Ivan R. Sini SpOG, Direktur Pengembangan Produk dan Teknologi PT BundaMedik Healthcare System mengungkapkan besaran rupiah untuk adopsi teknologi ini. “Nilai investasi sebesar Rp 1,5 Milyar. Itu baru teknologinya saja,” beber dr. Ivan.
Selama ini, laboratorium embriologi menentukan kelayakan embrio yang akan ditanam, hanya dengan menganalisis dari morfologi (bentuknya). Saat terjadi kehamilan masih mungkin terjadi keguguran, kematian bayi ataupun kelahiran bayi dengan kelainan kromosom. Kehadiran teknologi PGS dapat mendeteksi dengan pasti kondisi embrio yang akan ditanam. Ini dapat mencegah terpilihnya embrio dengan kelainan kromosom.
Teknologi PGS bertujuan untuk meningkatkan angka implantasi atau penempelan embrio pada rahim. Dengan begitu, risiko keguguran dapat diminimalisir. Sehingga, angka kelahiran bayi hidup akan meningkat. Studi RCT (Randomized Control Trial) mengungkapkan perbandingan embrio yang hanya dianalisa dari bentuknya, dengan embrio yang diteliti menggunakan PGS. Dengan adanya teknologi PGS, terdapat peningkatan angka implantasi dan kehamilan dari 42 % menjadi 69-70 %.
Berbicara harga, tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk menjalani program bayi tabung. Angka yang ditawarkan di Indonesia sekitar Rp 50-60 Juta. Itupun baru program bayi tabungnya. Untuk teknologi PGS, Morula IVF belum merilis harganya. Sebagai perbandingan, teknologi PGS di Malaysia dibanderol dengan dengan harga sekitar Rp 40 juta. Dr. Ivan berharap, harga di Morula IVF bisa lebih murah dibandingkan Negeri Jiran itu.
Morula IVF Indonesia telah berkiprah selama 17 tahun. Anak perusahaan RS Bunda ini telah mendapat kepercayaan lebih dari 1.100 pasien pada 2014. Sebesar 10 % pasiennya datang dari luar negeri, di antaranya Amerika Serikat dan China. Dengan adanya penerapan teknologi ini, dr. Ivan punya target khusus. “Target kami, 1.500 pasien pada tahun 2015 ini,” tutup dr. Ivan.