Peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) pada perekonomian tidaklah diragukan lagi. UKM diketahui menyumbangkan lebih dari 50% dari total pendapatan nasional. Hal tersebut tidak terlepas dari jumlah UKM yang mencapai sekitar 64 juta di Indonesia.
Sebab itu, pemerintah pun sangat memberi perhatian pada pembinaan UKM. Harapannya, para pelaku UKM bisa terus bertahan bahkan tumbuh di segala situasi, termasuk pandemi. Memahami peran penting yang dipegang UKM, Telkom Grup tidak ketinggalan turut memberikan dukungan untuk meningkatkan kemampuan UKM Indonesia.
“Tujuan kami tidak berhenti di peningkatan kemampuan mitra UKM binaan saja. Tapi, kami punya target besar yaitu menjadikan mitra binaan sebagai motor untuk mengembangkan lingkungannya. Jadi mitra binaan develop mitra binaan,” ujar Senior Manager Program Kemitraan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk Romles Simanjuntak pada acara Marketeers iClub bertajuk Juara Kelas (Tidak Selalu Naik Kelas), Jumat (24/09/2021).
Romles menambahkan bahwa jika hal tersebut terus dikembangkan maka bisa terbentuk plasma-plasma baru. Dan, banyak daerah yang bisa tercipta dan ditingkatkan economic value-nya.
Telkom sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di industri komunikasi menyadari untuk meningkatkan kualitas UKM teknologi memegang peranan penting. Sebab itu, Telkom menghadirkan pembinaan digital agar UKM bisa mengandalkan digitalisasi untuk melengkapi sistem pembayaran serta memasarkan produk.
Telkom saat ini telah membina sekitar 140 ribu UKM dari Aceh hingga Papua. Dan, tidak hanya mendampingi para pelaku UKM, Telkom juga sudah menyalurkan dana sekitar Rp 4 triliun. Dukungan pada UKM diyakini Telkom mampu menciptakan lapangan kerja baru.
Tidak hanya meminjamkan uang dan membina saja, Telkom juga melakukan review secara berkala untuk meningkatkan kinerja mitra binaan. Ada lima hal yang digunakan Telkom sebagai alat ukur atau parameter UKM naik kelas.
Pertama yaitu spread, di sini dilihat bagaimana profit yang dihasilkan berdasarkan jumlah laba penjualan. Kedua, sustain yang dapat melihat bagaimana kemampuan UKM untuk terus memastikan bisnisnya mengalami pertumbuhan. Lalu, apakah bisnis mereka berjalan lama, bagaimana perizinannya, serta aspek penggunaan teknologi.
Ketiga, size yaitu aset yang dimiliki serta omzet yang dicapai. Keempat, share atau posisi UKM binaan di industri sejenis dan bagaimana kemampuan pemasaran mereka. Kelima, supplier yaitu hubungan UKM dengan mitra usaha, kompetitor, serta pengalaman organisasi mereka.
“5S tadi menjadi indikator kami dalam melakukan penilaian. Apakah mereka bisa naik kelas atau tidak Di Telkom, calon mitra binaan yang menjadi mitra binaan akan ditempatkan dalam empat kelas yang terdiri dari bronze bagi pemula, lalu naik ke silver, gold, dan platinum,” tutur Romles.
Kelas-kelas ini nantinya akan menentukan jumlah dana yang akan disalurkan ke masing-masing UKM. Romles mengungkapkan bahwa tidak sedikit UKM yang sudah ‘lulus’ dari platinum. Biasanya mereka yang sudah menyelesaikan pembinaan dinilai sudah mampu mendapatkan pembiayaan lebih besar, biasanya dari bank.
“Kami identifikasikan merek berdasarkan kelas. Lalu, kami melakukan mapping untuk membagikan program apa saja yang akan mereka ikuti sesuai segmen binaan kami. Kami akan mengawasi dan juga mengevaluasi. Karena, kami ingin mitra UKM binaan kami dibekali dengan 4G yaitu Go Online, Go Digital, Go Modern, dan Go Global,” tutup Romles.