Indonesia merupakan tempat yang menjanjikan bagi ekonomi digital. Hal itu dapat dilihat dari total populasi Indonesia sebesar 265,4 juta penduduk yang 50 persennya, yaitu 132,7 juta penduduk sudah menggunakan internet.
Fakta tersebut juga didukung dengan jumlah pengguna perangkat seluler yang mencapai 177,9 juta penduduk dan pengguna media sosial seluler aktif sebesar 120 juta orang.
“Apalagi jumlah pengguna ponsel tembus 67 persen. Selain itu, dari hasil riset Google dan Temasek pada 2018, diprediksi Market Size Ekonomi Digital Indonesia mencapai USD 100 miliar pada tahun 2025,” papar Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika menyampaikan Kuliah Umum (Studium Generale) di Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (28/11/2018) seperti dikutip dari keterangan resmi Kemenkominfo.
Mewakili Menteri Komunikasi dan Informatika, Dirjen Ismail menyatakan Indonesia mempunyai tantangan untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Saat ini, hampir sebagian aplikasi yang menghiasi ponsel pintar kita merupakan aplikasi dari luar.
“Dengan potensi yang ada mengenai ekonomi digital dan teknologi disruptif, akan juga terdapat tantangan lain yaitu bergesernya lapangan pekerjaan di masa depan,” ujar Ismail.
Pergeseran itu menurut Dirjen SDPPI terjadi karena kehadiran teknologi dan era industri 4.0 yang memiliki karakter disruptif. “Pekerjaan di sektor produksi akan tergantikan oleh teknologi seperti robot, namun begitu akan ada juga lapangan-lapangan pekerjaan baru yang dibutuhkan terutama di sektor teknologi informasi,” tambah Ismail.
Dengan adanya pergeseran itu, Indonesia harus siap untuk menghadapi perubahan dan pemerintah mau tidak mau harus turut serta. Menurut Ismail, saat ini Kementerian Kominfo tengah menyiapkan SDM Indonesia agar bisa bersaing.
“Dengan program Digital Talent, yaitu program pelatihan dengan tema teknologi digital yang berkembang saat ini. Pada tahun 2018, terdapat berbagai tema pelatihan dan akan bertambah lebih banyak pada tahun 2019. Digital talent ini diharapkan bisa turut membantu Indonesia agar bisa bisa bersaing di era digital,” papar Ismail.
Mengakhiri kuliah umum, Dirjen SDPPI memberikan wejangan kepada mahasiswa agar tidak hanya menguasai core compentencies saja, namun juga soft skills dan wawasan holistik.
Dalam pandangan Ismail, soft skills bisa berupa keterampilan yang dapat diperoleh dari berbagai kesempatan, mulai dari berorganisasi, mengikuti berbagai diskusi dan seminar, dan kegiatan lain. Sedangkan wawasan holistik merupakan hal yang mutlak bagi mahasiswa saat ini agar kelak di dunia kerja bisa memberikan solusi yang nyata dan membuat juga perbedaan.
“Misalnya, mahasiswa informatika jangan hanya tahu tentang informatika saja, namun juga perlu tahu tentang dunia kesehatan, farmasi, dan bidang-bidang lainnya agar bisa memberikan solusi teknologi informasi di bidang-bidang tersebut,” pungkas Ismail.