Terapkan Digitalisasi, Estetika dr. Affandi Sukses Hadapi Pandemi
Pada era digital ini, perusahaan-perusahaan harus mulai mendigitalisasi bisnisnya, mulai dari sektor hulu hingga hilir agar dapat bertahan dan berkembang. Salah satu perusahaan yang berhasil mendigitalisasikan bisnisnya klinik kecantikan Estetika dr. Affandi. Digitalisasi juga dilakukan klinik ini untuk meningkatkan engagement konsumen yang kesulitan untuk melakukan konsultasi secara offline karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Case ini menggambarkan sebuah tantangan dari sebuah klinik kecantikan yang mana human to human interaction, atau interaksi antar pelanggan atau pengguna klinik kecantikan dengan dokter dan juga front liner lainnya itu sangat penting. Dengan kata lain, interaksi secara fisik itu sangat critical di bisnis ini,” ungkap Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc dalam acara media gathering Marketeers Insight: Business Digitalization Trend in pandemic Era.
Sebagai sebuah klinik kecantikan yang mayoritas menyediakan pelayanan dalam bentuk offline, Estetika dr. Affandi menemukan satu metode lain yang dapat memberikan peran touch point kepada konsumennya, yakni secara online. Layanan in bahkan sudah dipersiapkan sebelum masa pandemi datang. Sehingga, ketika ada pandemi, klinik ini langsung berakselerasi.
Layanan mereka mulai dari konsultasi secara online, yang meliputi diagnosis jenis kulit konsumen, hingga pemberian resep untuk obat dan krim perawatan sesuai dengan jenis kulit dan keluhan konsumen. Dengan metode ini konsumen dapat dengan mudah mendapatkan krim dan obat yang mereka butuhkan, konsumen dapat membeli semua itu melalui e-commerce yang terhubung dengan Klinik ini, dan menunggu krim atau obat pesanan di rumah.
“Tidak hanya itu, apabila sudah dimungkinkan untuk bisa tatap muka, melakukan perawatan dan lain-lain, PPKM sudah dilonggarkan, maka klinik estetika ini juga dapat memanfaatkan cloud untuk mengelola data pelanggan. Sehingga ada integrasi antara online interaction yang terjadi dalam consultation tersebut dengan data medis yang memang tercatat secara tertulis atau secara offline. Jadi, dari integrasinya semua disatukan dalam sebuah cloud system untuk memanage data medis konsumennya,” ungkap Iwan.
Digitalisasi juga diterapkan pada sektor manufactory insight, di mulai dari pembuatan produk atau sektor produksi termasuk proses pendataan raw material hingga produk yang sampai ke tangan konsumen. “Jadi semua sudah mencakup tidak hanya customer touch point, tapi juga back end operation-nya semua didukung adanya proses digitalisasi,” ungkap Iwan.
Estetika dr. Affandi juga akan memanfaatkan teknologi secara lebih lanjut. Lalu, teknologi artificial intelligent sebagai sarana konsultasi yang memungkinkan konsumen melakukan persistent medication. Proses medikasi atau pengobatan terutama untuk estetika wajah dapat dilakukan tepat sasaran dengan menggunakan treatment yang sesuai, baik dengan perawatan maupun obat yang sesuai dengan karakter konsumen sesuai dengan data cloud konsumen tersebut.
“Ini semua bisa dilakukan apabila data dalam cloud system pelanggan cukup lengkap. Ada big data terkait pelanggan dan meliki algoritma tertentu yang didapatkan dari beberapa tahun experiences yang dilakukan oleh klinik ini,” pungkas Iwan.
Editor: Eko Adiwaluyo