Masa pandemi ini merupakan momentum yang pas untuk mengatur ulang dari berbagai aspek. Sehingga, banyak pemain di berbagai industri yang menerapkan digitalisasi. Tujuannya, untuk menyesuaikan dengan perubahan perilaku masyarakat.
“Setiap hal memiliki dua sisi yang bisa diambil. Sebagai seorang entrepreneur, kita perlu untuk bisa melihat peluang dari tantangan yang dihadapi. Karena bisnis itu hadir menjadi solusi bagi kebutuhan konsumen,” ujar Ricky Afrianto, Global Marketing Head/Director Mayora Group pada acara Marketeers iClub bertajuk Recover Faster: How to Survive from Crisis by Blending Marketing & Entrepreneurship, Jumat, (30/07/2021).
Ia menegaskan kemungkinan tantangan yang akan dan sedang terjadi ialah purchasing power terganggu yang bisa dilihat dari melemahnya daya beli masyarakat terutama kalangan menengah ke bawah. Selain itu, demand creation, yakni permintaan produk atau jasa yang menurun. Konsumen lebih memilih produk atau jasa berdasarkan prioritas.
Dalam menghadapi pandemi, para pelaku bisnis kerap mengikuti tren terbaru, termasuk go digital. Menurutnya, transformasi digital tidak bisa berlaku di semua industri. Sebab di dalam industri fast moving consumer goods (FMCG), ada beberapa kategori yang kurang berhasil dengan penerapan digitalisasi, seperti melalui e-commerce.
Ia menambahkan, menanggapi tantangan purchasing power yang terganggu, langkah Mayora ialah membangun gairah. Ia yakin excitement harus dibangun oleh merek atau perusahaan. Lalu, selalu memberikan rasa optimisme dan positive tonality. Terakhir, mampu memberikan program tidak hanya potongan harga namun tawaran menarik lainnya agar tidak terjebak di dalam perang harga.
“Pada intinya, ada banyak cara menanggulangi tantangan purchasing power dengan kreativitas seorang marketing. Didukung dengan produk yang dihasilkan memiliki konsep yang kuat dan punya cita rasa yang memenuhi aspirasi konsumen. Kita akan kesulitan, bahkan semakin sulit jika kita tidak optimistis melakukan inovasi dan membangun permintaan,” tambah Ricky.
Terkait tantangan demand creation, ia menegaskan para pemain di industri FMCG harus mempunyai program yang insightful dan menggunakan media yang tepat. Selain fokus pada program dan media, namun turut fokus kepada produk seperti dari segi kemasan maupun porsi yang diminati masyarakat.
“Program yang insightful dengan menggunakan media yang tepat harus didukung juga dengan ketepatan waktu dalam menjalankan kampanye. Semua harus terintegrasi dengan baik,” tutup Ricky.
Editor: Eko Adiwaluyo