Sebelum berkomitmen dalam sebuah hubungan, Anda biasanya menjalani masa pendekatan terlebih dahulu guna mengenal satu sama lain. Beberapa orang mudah jatuh cinta saat berada di fase ini.
Padahal hal tersebut justru bisa berujung saling benci. Ya, beberapa ahli berpendapat cinta adalah bentuk kebodohan dan kegilaan sementara.
Kegilaan ini bisa membuat Anda mengabaikan kekurangan pasangan sampai akhirnya tersadar, lalu rasa cinta tersebut berubah menjadi benci. Salah satu ahli yang mengemukakan pendapat demikian adalah Dutton dan Aron dari University of British Columbia.
Dalam studinya yang dimuat Journal of Personality and Social Psychology, mereka menemukan orang yang cepat jatuh cinta bisa merasa benci dalam waktu tidak lama.
BACA JUGA: Putus Bukan Solusi, Ini Cara Mengatasi Rasa Bosan dalam Hubungan
Studi lain yang diterbitkan di Personality and Individual Differences menyebut jatuh cinta yang terlalu cepat erat kaitannya dengan keinginan semata, bukan kebutuhan. Fenomena ini muncul karena Anda hanya penasaran dengan sosok tersebut, bukan benar-benar menyayanginya.
Cara agar Tidak Mudah Jatuh Cinta
Supaya Anda tidak mengalami terburu-buru dalam menjalin hubungan hingga berakhir saling benci, sebaiknya buatlah personal boundaries alias batasan pribadi. Dengan begitu, Anda tahu kapan harus berhenti atau melanjutkan hubungan dengan orang lain.
Jangan pula terburu-buru mencari pacar baru ketika baru saja mengakhiri hubungan. Alih-alih begitu, lakukan aktivitas lain yang membuat Anda bahagia sehingga tidak menggantungkan kebahagiaan pada orang lain.
BACA JUGA: Pacaran Lama Tak Jamin Melulu ke Pelaminan, Ini Sebabnya
Tidak hanya itu, bangun juga kepercayaan bahwa Anda tidak benar-benar sendirian di dunia ini. Selain pasangan, Anda masih memiliki keluarga dan teman.
Dengan demikian, Anda tidak akan terburu-buru mencari pasangan. Kenali juga ciri-ciri red flag dari orang yang mendekati Anda.
Sikap dan perilaku yang berpotensi merusak hubungan ini belum akan terlihat hanya dengan beberapa kali pertemuan, sehingga tak ada salahnya bercerita pada teman untuk melihat perspektifnya.
Editor: Ranto Rajagukguk