Di tengah perkembangan teknologi digital, banyak anak muda yang memutuskan menjalankan bisnis. Lantaran, internet dan teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk mempermudah praktiknya.
Tak hanya bagi anak muda, bahkan kewirausahaan ikut dilirik oleh masyarakat yang telah memiliki profesi yang mapan. Raymond Chin yang merupakan CEO sekaligus Co-Founder TernakUang membagikan tips dalam membangun bisnis dengan modal tipis, yakni Rp 1 juta.
Tentukan Ide Bisnis
Raymond menyarankan untuk memulai bisnis para pelaku tidak boleh terpaku pada toko fisik. Para pelaku bisnis harus bisa melihat peluang dari kegiatan sehari-hari.
“Biasanya, ide bisnis muncul dari hal sehari-hari. Idenya besa, seperti membuka restoran. Padahal, pada praktiknya kita masak di dapur sendiri dan menjual secara online pun bisa. Kita juga tidak harus punya stok barang,” ujar Raymond.
Ia menambahkan bahwa jika modal tidak banyak, tidak mungkin bisa membuka restoran maupun kantor. Jadi, yang harus dilakukan ialah memastikan produk dijual secara digital. Dari sini, para penjual juga tidak harus mempunyai stok barang yang selalu tersedia.
Riset
Bisnis dengan modal yang kecil, riset pasar dan riset kompetitor wajib dilakukan agar seorang pebisnis bisa menentukan jenis produk dan strategi pemasarannya. “Riset bisa dilihat dari sekitar. Apakah banyak orang yang mencari produk tersebut. Lalu, lihat di aplikasi. Apakah banyak yang menjual produk tersebut atau tidak,” ungkap Raymond.
Sedangkan untuk tahap riset kompetitor, Raymond berpijak pada prinsip ATM, yakni amati, tiru, dan modifikasi (ATM). “Cari tahu kompetitor mulai dari produk, harga dan layanannya,” tegasnya.
Produk
Ia menyampaikan bahwa dari 100% modal yang dipakai untuk bisnis, porsi untuk produksi dialokasikan sebanyak 40% saja. Ia juga menegaskan bahwa usahakan untuk tidak membuat stok produk banyak jika produk yang dijual belum terlihat diminati konsumen.
“Perlu perhatikan cashflow. Jadi, lebih baik buat sistem pre order atau per batch. Pastikan juga untuk mendapatkan keuntungan yang sehat,” imbuhnya.
Marketing
Raymond mengaku dalam praktiknya, 40% modalnya dialokasikan sebagai budget pemasaran. Namun, untuk pemasaran dalam bisnis jangan fokus pada promosi. Melainkan dengan melengkapi faktor-faktor yang nanti akan melekat dengan produk yang dipasarkan.
“Ketika produk sudah siap, lanjut ke pemasaran. Biaya kecil modalnya jangan seluruhnya dialokasikan ke distribusi atau promosi. Lebih baik buat pondasi seperti dengan desain logo atau kemasan yang bisa bermanfaat untuk ke depannya,” katanya.
Operasional
Sekitar 20% sisa modal bisa dipakai untuk operasional. Operasional disini bukan gaji karyawan, melainkan keperluan pencatatan keuangan dan dana talangan. Dengan komposisi modal bisnis 40% produk, 40% pemasaran dan 20% operasional, Raymond optimistis strategi tersebut mampu menghasilkan cuan yang banyak meskipun memulai bisnis dengan modal kecil.
Editor: Eko Adiwaluyo