PT Indo Premier Sekuritas memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan penguatan karena tertopang sejumlah sentimen domestik dan eksternal pada pekan ini. Sentimen domestik yang akan menopang penguatan pasar pada pekan ini adalah laporan keuangan dan neraca transaksi berjalan.
“Beberapa emiten besar akan merilis laporan keuangan dalam waktu dekat. Dari laporan keuangan, triknya adalah cari saham-saham yang sebelum laporan keuangan trennya berubah atau lagi naik. Setelah rilis keuangan keluar, trennya itu berlanjut. Ini artinya investor welcome dengan laporan keuangannya,” kata Mino, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas dalam keterangannya, Senin (20/2/2023).
Pihaknya memprediksikan neraca transaksi berjalan akan kembali mencatatkan surplus sebesar US$ 4,30 miliar pada kuartal IV 2022, atau lebih rendah dari sebelumnya sebesar US$ 4,38 miliar pada kuartal III 2022.
BACA JUGA: IHSG Pekan Ini Bakal Rebound, Didukung Surplus Neraca Dagang
“Ini masih sangat positif. Kalau rupiah menguat, tentu akan menguntungkan emiten-emiten di sektor yang bahan bakunya masih impor atau sektor-sektor yang utangnya banyak pada dolar AS,” ujar Mino.
Dia melanjutkan sejumlah sentimen eksternal yang memengaruhi pasar pada pekan ini, di antaranya FOMC Minutes, pidato beberapa pejabat The Fed, klaim pengangguran, data pendapatan dan belanja personal, data personal consumer expenditure (PCE), serta harga komoditas. Dia menilai sentimen eksternal lainnya adalah klaim pengangguran baru, yang tercatat sebanyak 194.000 per 11 Februari 2023, atau lebih rendah dari sebelumnya 195.000 dan juga konsensus sebanyak 200.000.
Terkait personal spending, pendapatan personal Januari 2023 diprediksi naik 1% month to month (mtm) dan personal consumer expenditure diprediksi berbalik naik 1% mtm. Sementara itu, dia menjelaskan pasar menguat tipis terpengaruh sentimen positif dan negatif pada pekan lalu.
BACA JUGA: Jelang Akhir Tahun, Fenomena Window Dressing Bisa Dorong IHSG Terkerek
Menurut dia, sentimen positif pada pekan lalu di antaranya keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan, surplus neraca perdagangan, serta solidnya data penjualan ritel AS.
“Sementara itu, sentimen negatif pada pekan lalu, diantaranya inflasi di AS pada tingkat konsumen dan produsen lebih tinggi dari konsensus, klaim pengangguran mingguan yang lebih baik dari konsensus, komentar dari beberapa pejabat bank sentral AS dan turunnya harga komoditas,” ujar Mino.