Tesla, raksasa kendaraan listrik asal Amerika Serikat (AS) menghentikan rencana untuk memproduksi baterai secara penuh di Brandenburg, Jerman. Sebagai gantinya, produsen mobil listrik itu mengalihkannya ke AS lantaran memperoleh insentif pajak yang lebih baik.
Dilansir dari Reuters, Rabu (22/2/2023), Tesla awalnya berencana untuk memproduksi baterai secara penuh di lokasi Gruenheide di Jerman, dengan kapasitas maksimum lebih dari 50 gigawatt (GW) jam per tahun. Namun, pemerintah AS memberikan keringanan pajak dan diskon ke konsumen asalkan produsen mobil listrik membeli baterai dari dalam negeri.
“Tesla telah memulai produksi sistem baterainya di Gruenheide dan bersiap untuk memproduksi komponen sel baterai. Perusahaan telah memprioritaskan langkah produksi lebih lanjut di Amerika Serikat (AS) karena insentif pajak membuat kondisi bisnis lebih menguntungkan di sana,” kata Kementerian Ekonomi Brandenburg dalam pernyataannya.
BACA JUGA: Tesla Bakal Buka Stasiun Pengisian Daya untuk Semua Merek Mobil
Tesla enggan memberi tanggapan atas keputusannya tersebut. Pada Maret 2022, Elon Musk, CEO Tesla menuturkan pabrik baterai akan mencapai kapasitas produksi pada akhir tahun 2023.
Akan tetapi, pabrik dan lokasi produksi mobil telah mencapai target lebih lambat dari yang direncanakan. Pada tahun 2020, Musk menyatakan pabrik di Berlin akan menjadi pabrik baterai terbesar di dunia.
Tesla diketahui telah berjuang untuk meningkatkan produksi sel baterai 4680 untuk pabrik-pabriknya di Fremont, California, dan Austin, Texas. Para ahli memperkirakan produsen itu kesulitan menerapkan teknologi baru yang belum terbukti sehingga tak bisa ditingkatkan.
BACA JUGA: Psikologi di Balik Tesla Zero Marketing Budget
Pada akhir Januari lalu, perusahaan ini mengumumkan akan menginvestasikan lebih dari US$ 3,6 miliar untuk memperluas gigafactory di Nevada dengan dua pabrik baru. Satu pabrik untuk memproduksi massal truk semi listrik yang telah lama tertunda dan yang terakhir membuat sel baterai 4680 yang baru.
Belum lama ini, Tesla juga akan membuka sebagian jaringan pengisian daya AS untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) merek lain. Hal itu mengemuka dalam program pemerintah AS senilai US$ 7,5 miliar yang berusaha memperluas penggunaan mobil listrik demi mengurangi emisi karbon.
Kebijakan itu bisa mengubah Tesla menjadi perusahaan stasiun pengisian bahan bakar umum di era EV. Namun, di sisi lain keunggulan kompetitif Tesla meredup lantaran akses jaringan Supercharger berkecepatan tinggi miliknya tak lagi eksklusif.