Tesla, perusahaan otomotif asal Amerika Serikat (AS) yang memproduksi mobil listrik mengantongi laba bersih sebesar US$ 3,33 miliar pada kuartal III 20222. Hal itu diungkapkan Elon Musk, CEO Tesla saat melaporkan kinerja kuartalan perusahaan, Rabu (19/10/2022) waktu setempat.
Realisasi laba bersih Tesla meningkat sebanyak 103% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,62 miliar. Sementara itu, dari sisi pendapatan, Tesla menangguk US$ 21,45 miliar, berada di bawah ekspektasi analisis yang disurvei Refinitiv sebesar US$ 21,96 miliar.
BACA JUGA: Elon Musk Buka Bisnis Baru, Jual Parfum Burnt Hair US$ 100 per Botol
Pendapatan dari penjualan mobil listrik Tela mencapai US$ 18,69 miliar, meningkat 55% dibandingkan tahun lalu. Beban pokok pendapatan untuk bisnis otomotif inti perusahaan memelesat menjadi US$ 13,48 miliar, naik dibandingkan kuartal sebelumnya US$ 10,52 miliar.
Dalam laporan kuartalan itu, Musk juga membeberkan kondisi bisnis Tesla di tengah ancaman resesi global. Dia juga menjawab seputar target permintaan kendaraan listrik dan kemungkinan buyback saham Tesla.
BACA JUGA: Cetak Rekor, Pabrik Tesla di Cina Kirimkan 83.135 Mobil Listrik
“Saya tidak bisa memastikan bahwa kami memiliki permintaan yang sangat baik pada kuartal IV. Kami berharap untuk menjual setiap mobil yang kami buat sejauh yang kami bisa lihat di masa depan,” kata Musk dikutip dari CNBC, Kamis (20/10/2022).
“Pabrik-pabrik berjalan dengan kapasitas penuh dan kami mengirimkan setiap mobil yang kami buat dan menjaga margin operasi tetap kuat,” Musk melanjutkan.
Musk menambahkan perusahaan kemungkinan besar melakukan buyback saham tahun depan. Dana yang disiapkan untuk buyback itu mencapai US$ 5 miliar sampai US$ 10 miliar dan hanya menunggu persetujuan dewan direksi.
“Saya berpendapat kami bisa jauh melebih Apple berdasarkan kapitalisasi pasar saat ini. Sebenarnya saya melihat jalur potensial bagi Tesla untuk menjadi lebih berharga daripada gabungan Apple dan Saudi Aramco. Bukan berarti itu akan terealisasi dengan mudah,” ujar Musk.
Musk turut menanggapi tantangan ekonomi makro yang berpengaruh besar dalam bisnis Tesla di dalam negeri hingga pasar Cina. Dia melihat negeri Tirai Bambu mengalami resesi, yang sebagian besar disumbang dari sektor properti. Selanjutnya, Eropa juga mengalami hal serupa di tengah krisis energi yang mendera.
“Amerika Utara dalam kondisi ekonomi yang cukup baik, meskipun The Fed menaikkan suku bunga lebih dari yang seharusnya. Akan tetapi saya pikir mereka pada akhirnya akan menyadarinya dan menurunkannya lagi,” ucapnya.