Oleh Hermawan Kartajaya, Founder and Chairman M Corp.
PRE: THE TOP TREND OF ENTREPRENEURSHIP IN 2021
Tahukah Anda apa tren kewirausahaan nomor satu di dunia tahun 2021? Womenpreneurship! Tren ini dikeluarkan oleh International Council for Small Business (ICSB), sebuah organisasi nonprofit global yang sudah berdiri sejak tahun 1955.
ICSB menegaskan wanita memiliki peran yang penting dalam perkembangan usaha kecil dan menengah di dunia. Sebagian besar wanita sudah memiliki peran sentral dalam manajemen rumah tangga, sesuatu yang dalam beberapa aspek lebih rumit dari manajemen organisasi bisnis.
Dengan pengalaman semacam ini, mereka memiliki potensi yang besar untuk mendukung pertumbuhan kewirausahaan di dunia. Di dalam artikel ini, saya akan membahas peran penting wanita dalam mewujudkan masa depan kewirausahaan, baik di Indonesia maupun di dunia.
BACA JUGA: From Universe to Multiverse
WHY: YOUTH-WOMEN-NETIZEN
Sejak sekitar 10 tahun yang lalu, saya sudah memprediksi bahwa masa depan bisnis akan dipengaruhi oleh 3 sub-culture utama, yaitu youth, women, dan netizen. Sub-culture pertama adalah youth dari kalangan generasi X dan Y.
Mereka akan makin menggeser dominasi kaum senior di tengah berkurangnya generasi baby boomer di seluruh dunia. Youth memegang peranan penting untuk “leading the mind”.
Mereka bisa melakukannya karena lebih banyak melakukan “sense and respond”, bukan “command and control” sebagaimana yang umum dilakukan generasi yang lebih senior. Perkembangan teknologi memang menuntut kemampuan untuk bisa mengendus perubahan secara lebih cepat dan memberikan respons yang tepat.
BACA JUGA: 3 Hal Ini Jadi Aspek Penting dalam Tren Pemasaran
Jika tidak, maka pihak lain akan mendahului kita. Karakter youth yang dinamis akan lebih bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan eksternal yang semakin sulit untuk diprediksi dan dikontrol.
Merekalah yang akan memimpin perubahan di masa depan. Sub-culture yang kedua adalah women. Dinamika sosial budaya telah memberikan peran yang lebih besar bagi women di ruang privat dan publik.
Di dalam keluarga (ruang privat) peran seorang wanita makin dominan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam konteks pembelian barang dan jasa. Sedangkan di ruang publik, pengaruh wanita semakin besar karena mereka mampu membangun opini secara masif melalui word-of-mouth yang terjadi dengan teman-temannya.
Dengan semakin pentingnya peran word-of-mouth dalam pengambilan keputusan pelanggan, maka makin penting pula peranan women dalam dunia bisnis dan pemasaran. Tidak hanya itu, mereka juga makin besar dalam mengambil peranan di dalam perusahaan.
Sub-culture yang ketiga adalah netizen yang perannya melalui komunitas di dunia maya semakin menggeser citizen di dunia nyata. Seiring dengan penetrasi teknologi digital yang makin tinggi, opini publik saat ini tidak lagi bisa diarahkan oleh mainstream media, namun juga dipengaruhi oleh social media dengan para netizen di belakangnya.
Teknologi internet memang memungkinkan netizen untuk mengolah informasi secara “deep and wide”. Dengan inilah mereka bisa menyebarkan opini yang mampu menggerakkan emosi banyak orang.
Maka tidak salah jika dikatakan bahwa netizen berperan dalam “organizing the heart”.
WHAT: THE SPIRIT OF HEM
Ketiga sub-culture yang telah saya bahas sebelumnya akan menjadi aktor penting yang menggerakkan entrepreneurship di dunia. Adapun spirit baru yang saya percaya akan mewarnai dunia entrepreneurship di masa depan adalah HEM.
Ini adalah akronim dari Humane Entrepreneurial Marketing (HEM). Model ini merupakan integrasi dari konsep Humane Entrepreneurship dari Prof. Kim-Kichan dan konsep Entrepreneurial Marketing yang saya kembangkan sendiri.
Di dalam model tersebut Humane Entrepreneurship (HE), Prof. Kim Ki-Chan menggambarkan bahwa idealnya perusahaan harus bisa mengintegrasikan antara enterprise cycle dengan humane cycle. Lingkaran yang pertama menekankan pentingnya inovasi agar fokus perusahaan untuk mendapatkan profit bisa optimal.
Sedangkan humane cycle lebih menekankan pentingnya empati agar karyawan (people) di dalam perusahaan bisa mengoptimalkan potensinya. Sedangkan model Entrepreneurial Marketing (EM) yang saya kembangkan membahas pentingnya mengintegrasikan antara creativity, innovation, entrepreneurship dan leadership (CI-EL) dengan productivity, improvement, professionalism, dan management (PI-PM).
Di era yang dinamis dan penuh ketidakpastian seperti saat ini, saya percaya bahwa CI-EL merupakan kapabilitas kunci bagi pelaku bisnis. Ketika model HE dan EM tersebut diintegrasikan, maka didapatkanlah konsep HEM.
Creativity dan innovation menjadi kapabilitas yang penting untuk mendukung enterprise cycle, sedangkan entrepreneurship dan leadership penting untuk mendukung human cycle perusahaan.
HOW: WOMEN ENTREPRENEURSHIP (WE)
Di antara 3 sub-culture yang telah saya sebutkan sebelumnya, women yang akan menunjukkan peran menonjol dalam konteks kewirausahaan. Karena itulah International Council for Small Business (ICSB) sudah menggagas Women Entrepreneurship (WE) sebagai bagian dari acara di dalam ICSB World Congress yang diadakan beberapa tahun terakhir.
Di Indonesia sendiri, sudah lama wanita terjun di dalam dunia kewirausahaan. Di dalam laporan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) 2020/2021, tercatat bahwa proporsi kaum perempuan di Indonesia yang terjun menjadi entrepreneur lebih banyak dibandingkan kaum pria.
Namun tentu saja para womenpreneur ini tidak bisa dibiarkan berjuang sendirian. Para perempuan ini membutuhkan sebuah platform pemberdayaan dan penguatan yang bisa menghubungkan mereka dengan pilar-pilar pendukung kewirausahaan, yaitu pemerintah, pebisnis besar, peneliti dan pembina.
POST: WOMENPRENEURS INDONESIA NETWORK
Untuk itulah Indonesia Council for Small Business (ICSB), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), BKKBN dan IHC (Indonesia Healthcare Corporation) menginisiasi peluncuran Womenpreneur Indonesia Networks (WIN) sekaligus pelantikan pengurusnya pada tanggal 31 Januari 2022 di Denpasar, Bali. WIN akan dikomandani oleh Diah Yusuf selaku Chairwoman, yang sebelumnya juga menjabat sebagai Sekjen Indonesia Council for Small Business.
Acara pelantikan WIN sendiri menghadirkan pembicara yang mewakili berbagai pilar pendukung kewirausahaan. Hadir mewakili pilar pemerintah antara lain Ibu Bintang Puspayoga (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Bapak Drs. Teten Masduki (Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah), serta dr. Hasto Wardoyo, SP. OG.(K) (Kepala BKKBN).
Bagi saya sendiri, kehadiran WE (Women Entrepreneurship) maupun WIN (Womenpreneur Indonesia Network) sejalan dengan target pencapaian sustainable development goals (SDGs) di tahun 2030. Itulah kenapa saya menyatakan bahwa inilah salah satu masa depan dari entrepreneurship.
Artikel ini telah tayang di Majalah Marketeers edisi Maret 2022.