Tidak banyak orang yang terang-terangan mengakui ke publik bahwa mereka mencari pasangan dengan metode online. Namun, pemain-pemain apps pencari jodoh semakin banyak bermunculan. Kendati demikian, tidak semua orang puas dengan aplikasi-aplikasi tersebut. Aplikasi seperti Tinder awalnya digemari, namun lama-kelamaan ditinggalkan setelah menuai reputasi yang buruk karena tidak memberikan jaminan kecocokan atau tujuan yang baik pagi para penggunanya.
Menyadari kondisi tersebut, Amanda Bradford, alumni Stanford University, meluncurkan sebuah aplikasi pencari pasangan yang didedikasikan khusus bagi para profesional muda yang sukses dan tidak memiliki waktu untuk “bermain-main” dalam pencarian pasangan hidup. Aplikasi tersebut ia namakan The League.
“Segmen dari pengguna The League adalah orang-orang yang memiliki motivasi dalam hidup, sukses, dan ambisius. Mereka tentu terlalu sibuk dan tidak punya waktu untuk berganti-ganti teman kencan lima kali seminggu. Mereka menginginkan kesempatan bertemu dengan orang yang berada dalam satu level dan benar-benar cocok,” ujar Bradford.
Aplikasi pencari pasangan yang lain pada umumnya terlalu mudah dan tidak memiliki komitmen. Tidak ada profil yang jelas, tidak ada kuisioner yang menunjukkan siapa penggunanya dan seperti apa pasangan yang dicari. Selain itu, tidak ada username asli yang memungkinkan dilakukannya background check. The League memberikan kemudahan bagi para profesional muda yang sibuk dan ambisius untuk mencari pasangan.
Namun, seimbang dengan benefit yang ditawarkan, untuk masuk dan terdaftar di dalamnya juga perlu waktu dan perjuangan Dengan tagline “Date, intelligently”, The League diluncurkan awal tahun ini di New York dan San Francisco. Dalam waktu singkat, aplikasi ini kemudian terkenal dengan metode seleksinya yang ketat dan waiting list yang panjang.
Jika tidak ingin menunggu di waiting list, Anda harus memiliki teman yang terlebih dahulu terdaftar dan memberikan Anda VIP pass. Pengguna The League sangat terbatas pada profesional muda yang memiliki latar belakang pendidikan yang bagus dan rekam jejak karier yang gemilang. Menyeleksi pengguna berdasarkan halaman Facebook dan LinkedIn yang mereka miliki, The League hanya memilih orang-orang yang menunjukkan kecerdasan, motivasi dan ambisi yang tinggi, serta visi dan misi yang jelas dalam hidup.
Jika Anda sudah berada di urutan pengguna The League, Anda hanya akan diberikan lima rekomendasi atau match setiap harinya yang bisa Anda pilih atau abaikan. Namun, tidak seperti aplikasi yang lain, setiap match memiliki tanggal kadaluarsa. Jika Anda tidak merespons dalam tiga minggu, match Anda akan menghilang.
Para pengguna tentu saja bisa melakukan pengaturan untuk preferensi match mereka. Janji dari The League adalah Anda hanya akan dicocokkan dengan pengguna lain yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang sangat spesifik, begitu pula sebaliknya. Kriteria tersebut meliputi gender, usia, tinggi badan, jarak, pendidikan, dan etnis. Saat Anda match dengan pengguna lain, Anda bisa memutuskan untuk melanjutkan pada interaksi dengan orang tersebut atau tidak.
“Tujuan dari The League adalah untuk menciptakan power couple yang memiliki perspektif yang sama, ritme yang sama, dan visi yang sama dalam hidup,” ujar Bradford.
Aplikasi The League saat ini baru tersedia untuk sistem operasi iOS dan baru bisa digunakan di New York dan San Francisco. Jika aplikasi ini masuk ke Indonesia, apakah Anda akan tertarik untuk menggunakannya?