BrunBrun merupakan salah satu ritel yang mengusung konsep harga murah pada setiap produknya. Dengan memperoleh margin yang tipis, jenis ritel ini mesti mencetak volume penjualan dua kali lipat dari ritel pada umumnya. Bagaimana dengan siasat pemasarannya?
Margin kecil membuat tim manajemen BrunBrun mesti ekstra ketat dalam mengatur cashflow, termasuk strategi pemasaran. Bahkan, bujet marketing bisa dibilang menyentuh level nihil.
Satu-satunya tool yang digunakan adalah media sosial, khususnya Instagram. Jikalau harus menggandeng influencer, BrunBrun benar-benar sangat pemilih. Ia mencari influencer yang memiliki engagement dengan followers yang tinggi ketimbang jumlah followers.
“Karena bergerak dari kecil, kami harus melihat sesuatu secara lebih detail,” papar Marcelline S.C Huliselan General Marketing BrunBrun Paris yang biasa disapa Shella.
(Baca Juga: Mengenal BrunBrun, Pesaing Miniso)
Termasuk dalam pemilihan lokasi gerai. Menurut Shella, hidup dan mati suatu ritel sangat ditentukan oleh lokasi. Apalagi, sangat sulit bagi ritel untuk masuk ke pusat perbelanjaan di kota besar seperti Jakarta.
Saat ini, BrunBrun memiliki gerai dengan berbagai ukuran. Yang terbesar adalah gerainya di Paris van Java, Bandung seluas 130 m2. Sementara yang terkecil adalah di Pondok Indah Mal yang seluas hanya 26 m2.
Bagi Shella, besar-kecil toko itu bukan prioritas utama, melainkan lokasi. Jika ritel salah menentukan lokasi dapat membuat beban berat bagi perusahaan. Pasalnya, ritel mesti membayar uang sewa sesuai komitmen antara 3 hingga 5 tahun.
Ia juga mesti membayar uang muka 20% dari komitmen tersebut. Belum lagi dengan biaya konstruksi dan fit-out sebesar ratusan juta rupiah. Jika mesti menutup gerai sebelum jatuh tempo, ritel pun bisa dikenakan pinalti.
“Besar-kecil itu tidak masalah, tergantung dari bagaimana kita mendesain toko tersebut yang menarik konsumen untuk masuk,” papar Shella. “Kalau masih ragu-ragu dengan lokasi gerai, lebih baik tidak usah masuk,” tegas dia lagi.
Perempuan asal Ambon ini juga bilang bahwa BrunBrun sempat mengubah konsep ritelnya yang berornamen ungu-putih menjadi dominasi warna kayu dan ungu. Ini dilakukan agar identitas merek yang dibangun tidak ingin dianggap mirip dengan Miniso yang kental dengan unsur putih.
Memang sekilas ritel BrunBrun tak sebesar sang pesaing Miniso. Itu bukan berarti bahwa stock keeping unit (SKU) ritel ini jauh dibanding yang dimiliki ritel asal China tersebut. Shella mengaku, SKU BrunBrun telah mencapai 700, yang mana kosmetik menjadi penyumbang terbesar dengan 200 SKU. Tak heran sampai saat ini, 60% omzet perusahaan berasal dari lini kosmetik.
Sampai dengan Desember 2017, Miniso telah memiliki 17 gerai. Hingga akhir tahun 2018, BrunBrun berharap dapat memiliki minimal 31 gerai, yang tersebar antara lain di Jakarta, Medan, Bali, Makassar, dan jika sesuai rencana akan menyentuh Jayapura. Targetnya pada tahun 2020, ritel ini telah memiliki 100 gerai di tanah air.
Ada rencana BrunBrun mewaralabakan gerainya. Setidaknya aksi itu baru dapat diekseksui setelah ritel tersebut berjalan selama dua tahun.
“Kami ingin bergerak pelan-pelan. Kami ingin pastikan semuanya aman, sehingga mitra waralaba benar-benar bisa memperoleh untung,” kata dia.
Editor: Sigit Kurniawan