Banyak ide dan solusi yang diusung oleh para tech startup Indonesia. Namun, terkait pendanaan menjadi masalah tersendiri bagi kalangan pelaku startup. Banyak yang mengalami kesulitan ketika sudah berhubungan dengan masalah dana. Walaupun setiap harinya ada saja startup mendapatkan pendanaan, banyak pelaku startup di luar Jakarta yang mengalami kesulitan ketika harus mengajukan dana.
Dalam ajang The NextDev di Pontianak pekan lalu, masalah ini menjadi serangkaian problematika yang dialami oleh pelaku tech startup di daerah. Namun, menurt Enda Nasution selaku pegiat beberapa startup menjelaskan bahwa untuk mendirikan startup memang butuh perjuangan dan berani berkorban. Tak hanya berkorban waktu, tapi dana juga harus dikorbankan.
“Pendanaan baru bisa cari dana kalau sudah ada prototype, kalau baru ide yang belum bisa, kecuali pendanaan dari keluarga. Startup kemungkinan gagal luar biasa besar. Dari sepuluh hanya satu yang bisa sukses. Yang sudah ada produknya saja belum tentu berhasil. Apalagi yang cuma ide. Coba danai sendiri sampai tahap prototype, sambil dipikirkan model bisnisnya seperti apa. Kalau ada protoype dan business plan bisa mudah untuk dapatkan investor,” terangnya.
Di hadapan peserta The NextDev yang mayoritas adalah mahasiswa, tidak segan-segan Enda menilai bahwa mahasiswa harus irit dalam mengeluarkan pengeluaran pribadi agar bisa menciptakan prototype dari produk yang akan dikenalkan kepada para investor.
Enda juga mengingatkan tidak semua solusi digital yang ada di sekitar masyarakat bisa menjadi lahan bisnis. Sebab itu, ia mengingatkan bahwa tujuan seseorang menjadi teknopreneur, hanya untuk menambah kekayaan atau membantu masyarakat sekitar.
“Misalnya, solusi yang kita ciptakan tidak memiliki nilai bisnis. Setidaknya kita sudah berkontribusi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik,” pungkas Enda.
Editor: Sigit Kurniawan