Saat ini kita semua hidup pada era di mana perubahan terjadi begitu cepat. Teknologi memiliki tanggung jawab besar terhadap perubahan yang terjadi saat ini. Berkat peran dan pemanfaatan teknologi, hal ini sejalan dengan perubahan yang dialami oleh konsumen di seluruh negara.
Menurut Danny Oei Wirianto selaku Chief Marketing Officer GDP Venture, hal ini membuat merek harus memahami di mana calon konsumen mereka berada. Ia mengingatkan bahwa era teknologi membuat perubahan menjadi kian cepat, hanya dalam waktu 1-2 tahun pola kebiasaan konsumen akan cepat berubah.
“Secara strategi marketing pun berubah. Bauk dalam hal medium dan pendekatannya. Tidak bisa lagi merek bermain aman. Kalau seperti itu tidak akan berhasil,” ujar Danny pada acara WOW Brand Festive Days, Rabu (4/11).
Era digital membawa keuntungan tersendiri bagi mereka. Jejak digital yang ditinggalkan oleh konsumen bisa dilacak sedemikian rupa dan diolah menjadi sebuah insight yang bisa menjadi pegangan arah bisnis berikutnya. Namun, data-data tersebut harus mampu ditangkap dan diolah dengan tepat. Pasalnya dengan begitu banyaknya data yang berhasil dikumpulkan namun tidak bisa diolah maka akan sia-sia.
“Ingat, data yang banyak belum tentu berhasil, malah bisa membuat kita semua bingung,” singkatnya.
Dalam menyikapi data, merek harus bisa menjawab pertanyaan dasar, yakni mengapa konsumen membeli sebuah produk. Bagi Danny, pertanyaan mengapa jauh lebih krusial timbang pertanyaan apa yang dibeli oleh konsumen. Tidak hanya soal produk yang dibeli tapi juga bisa mengerucut menjadi mengapa konsumen melakukan sebuah tindakan tertentu.
Dengan olahan data yang tepat maka pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa ditemukan jawabannya. Ia mencontohkan ketika merek ingin bisa lebih dekat dengan tepat pada konsumennya maka harus melakukan analisa data yang sesuai.
Ia mencontohkan, ketika ingin menyasar kalangan berumur 18-24 tahun kita bisa pergi ke Instagram untuk melihat perilaku calon konsumen kita. Namun untuk segmen yang lebih dewasa bisa melihatnya di platform Facebook.
“Bukan berarti Facebook ketinggalan, tetapi audiens itu akan selalu ada preferensi tersendiri. Intinya kita harus mendekati audiens kita di mana mereka berada,” imbuhnya.
Untuk bisa relevan dengan preferensi konsumen saat ini, Danny menambahkan ada tiga fungsi yang harus disadari oleh merek. Fungsi tersebut meliputi functional , emotional, dan social. Functional benefit menandakan bahwa merek berhasil membantu konsumen dalam menyelesaikan permasalahan melalui produk yang digunakan. Sedangkan social benefit mengacu pada kemudahan yang dirasakan oleh konsumen ketika menggunakan produk tersebut. Dan, social benefit adalah fungsi ketika merek memberikan dampak sosial seperti tidak merusak lingkungan.
“Hal ini yang harus dimengerti oleh merek sebagai brand purpose,” tutup Danny.