Inovasi atau mati. Jargon ini tampaknya masih berlaku bagi para pengelola bisnis hingga sekarang. Pasalnya, tanpa inovasi, brand atau perusahaan bisa ketinggalan zaman, terkesan out-of-date, dan akhirnya bisa mati karena ditinggalkan pelangganya. Apalagi di era yang serba cepat berubah akibat teknologi seperti sekarang ini.
Urgensi untuk berubah dan semangat gerak cepat wajib dimiliki perusahaan agar tetap relevan. Dan itulah yang menjadi permasalahan baru, bagaimana perusahaan masa kini mengejar kecepatan tersebut?
Berisi populasi terbesar di dunia dan didorong oleh generasi millennialss yang fasih mobile, Asia kini memimpin panggung dunia. IDC, seperti dikutip dari keterangan media Lenovo, memprediksi bahwa Asia Pasifik (kecuali Jepang) akan mewakili pasar terbesar untuk akselerator inovasi, mencapai lebih dari US$ 600 miliar pada tahun 2020. Lenovo mengeksplorasi faktor-faktor pendorongnya
Pertama, Millennials dan Harapan
Millennials sedang mengambil alih. Generasi yang lahir dan tumbuh di dunia digital ini akan mengisi lebih dari 70% tenaga kerja pada tahun 2025 nanti, dan akan menghasilkan pendapatan sekitar US$ 6 triliun pada tahun 2020. Bagi perusahaan yang ingin menarik perhatian millennials, mereka perlu menyadari bahwa millennials membawa ekspektasi baru untuk pasar pelanggan. Mereka ingin produk itu ada di mana pun mereka berada, kapan pun mereka menginginkannya. Pertumbuhan “sharing-market” juga mengurangi kebutuhan para millennials untuk memiliki barang. Ini memicu lahirnya “experience economy”, di mana pengalaman yang terpersonalisasi dan interaktif menjadi prioritas utama. Contohnya, jika millennials menonton film dan ingin merasakan menjadi master Jedi, mereka bersedia mengeluarkan uang untuk mendapatkan pengalaman tersebut.
Lenovo melihat bisnis mulai menjawab tuntutan ini, untuk memberikan lebih banyak pilihan dan pengalaman kepada end-user di masa depan. Ini berarti memanfaatkan teknologi seperti AR/VR, AI, dan otomatisasi untuk mendukung perilaku serta pengalaman baru di berbagai perangkat.
Kedua, Multifungsi
Pengalaman yang terpersonalisasi mendorong inovasi masa kini, dan agar perusahaan tetap bisa menonjol, mereka perlu mendalami kebiasaan pengguna yang mendominasi kehidupan sehari-hari. Tidak ada lagi perangkat dengan satu kegunaan. Pengguna menjadi lebih fasih dan mereka mengharapkan perangkatnya pun bisa melakukan banyak hal saat mereka melakukan rutinitas sehari-hari.
Munculnya smart assistant dan pengadopsian Internet of Things yang sangat cepat telah membuka pintu ke banyak peluang untuk integrasi antar perangkat. Gartner memprediksi bahwa 30% interaksi dengan teknologi akan terjadi melalui pembicaraan dengan smart machine Industri ini mengarah ke smart home, berisi teknologi yang akan memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian web, memutar musik, membuat daftar, dan melihat kalendar kegiatan, cukup dengan perintah suara. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 65% pengguna di seluruh dunia memanfaatkan teknologi suara dan sepertiga melakukannya karena lebih nyaman saat sedang mengerjakan tugas sehari-hari, seperti berpakaian dan memasak.
Ketiga, Mobilitas Terbaru
Dengan Asia berisi 5.6 miliar perangkat yang terhubung pada tahun 2020 nanti, melampaui Amerika Utara lima kali lipat, mobile menjadi keharusan baru. Baik untuk melakukan pembayaran, memesan sarapan, atau mengerjakan dokumen saat di jalan, generasi millennials di Asia mendorong pergeseran ini. Mereka menginginkan perangkat yang intuitif, berperforma tinggi, namun tetap indah dilihat, yang memberikan tampilan antarmuka terbaik, dalam bekerja maupun bermain.
“Asia menjadi yang terdepan dalam inovasi perangkat, dan perusahaan perlu ada di depan tren pasar agar tetap relevan di pasar yang semakin kompetitif,” kata Budi Janto, Country Manager, Lenovo Indonesia.
Budi menambahkan, perangkat perlu memberikan mobilitas dasar, fungsionalitas, dan kenyamanan dari sebuah perangkat cerdas, namun tetap memberikan pengalaman yang terpersonalisasi dan multifungsi.