Tiga Jenis Konten Favorit Pengguna Twitter di Indonesia

marketeers article

Sebagai platform media sosial, Twitter merupakan platform yang efektif dalam menyampaikan pesan. Selama hampir satu dekade ini, Twitter telah banyak membantu brand untuk lebih dekat dengan konsumennya.

Menurut Arvinder Gujral, Managing Director Asia Tenggara Twitter, sifat Twitter yang real-time, menjadi penting bagi merek untuk mendengarkan keberagaman percakapan di platform Twitter. “Percakapan ini adalah percakapan otentik dari para pengguna dan dapat menjadi sumber informasi bagi merek untuk mempelajari apa yang menjadi minat atau ketertarikan audiens mereka.”

Twitter Indonesia mengumumkan beberapa konten yang banyak mendapatkan reaksi dan  disukai pengguna Twitter di Indonesia.

#1 Konten yang relevan dengan brand, tapi tidak hard-selling

Sebanyak 87% pengguna Twitter mengikuti akun resmi dari brand. 59% pengguna Twitter vs 56% pengguna media sosial secara umum dapat mempengaruhi keputusan pembelian yang menunjukkan pola interaksi dua arah antara brand dan pengguna Twitter.

Bagaimana sebuah brand mengkomunikasikan produk dan layanan mereka di Twitter tanpa terjebak dalam hard-selling yang menjemukan? Tokopedia dan Traveloka seringkali memanfaatkan beragam fitur di Twitter seperti Twitter Poll dan emoji yang dirangkai dalam gaya bahasa informal dan terkadang berbalut humor yang ‘receh.’

Tokopedia misalnya, memanfaatkan fitur tagar dengan baik dan berhasil mempopulerkan kampanye mereka dengan fokus menggunakan tagar #MulaiAjaDulu dan #MauMulaiApaLagi yang memotivasi konsumen untuk berusaha mencari jalan mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam hidup.

Melalui akun Twitternya, Traveloka berhasil menggambarkan bahwa travelling tidak melulu mengenai tempat baru. Lebih pentingnya lagi, travelling merupakan apa yang didapatkan di tempat baru tersebut seperti berbagai ragam makanan dan aktivitas yang dapat mempererat hubungan antar teman dan saudara.

#2 Konten edukatif dengan bahasa yang mudah dimengerti

Berbeda dengan brand, dr. Jiemi Ardian, Wikipedia Bahasa Indonesia , dan Historia  adalah akun di Twitter yang menyajikan konten edukatif. Ketika medium belajar tidak lagi terbatas oleh ruang kelas dan buku pelajaran, Historia menghadirkan pelajaran sejarah di Twitter dan mengajak generasi digital untuk mengenali beragam momen dan tokoh penting dalam sejarah bangsa ini – selain juga menyajikan beragam fakta sejarah menarik dari mancanegara.

Sementara itu, deWikipedia Bahasa Indonesia  menghadirkan berbagai konten ilmu pengetahuan umum, yang juga diselingi cuitan humoris bermuatan pelajaran. Dengan muatan konten ilmu pengetahuannya yang bersifat timeless, tidak heran cuitan dari akun ini menghasilkan engagement yang tinggi.

Dr. Jiemi Ardian  adalah salah satu pakar medis yang rajin berbagi tips terkait kesehatan mental dan pesan-pesan motivasi kehidupan. Cuitan dari psikiater muda ini digemari karena berhasil menyampaikan pesan-pesan penting terkait psikologi menggunakan bahasa yang luwes dan mudah dimengerti.

#3 Konten humoris yang relevan dengan keseharian pengguna

Victor Kamang dan Andi Hiyat, yang kontennya seringkali viral di Twitter, mengedepankan humor yang relevan dengan pengguna. Tak jarang cuitan-cuitan mereka dihubungkan dengan isu / topik terkini yang sedang menjadi pembicaraan online dan offline.

Dalam kesempatan yang sama, Twitter juga berbagi insight dan tips bagaimana sebuah brand sebaiknya menggunakan Twitter dalam merencanakan kampanye mereka.

Menurut Dwi Adriansah, Country Industry Head, Twitter Indonesia tiga alasan kenapa brand perlu ada di Twitter. Pertama, konten yang dicuitkan dapat membawa pengaruh. Baginya jumlah pengikut tidak menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah cuitan, melainkan konten dengan nilai emosional, kreativitas tinggi, dan alur cerita yang kuat.

Kedua, pengguna Twitter terbuka terhadap ide baru. Karakter percakapan di Twitter pun menunjukkan pola interaksi dua arah antara brand dan pengguna. Ketiga, membawa perubahan. Twitter adalah platform yang mengumpulkan beragam ide dan opini para pengguna dari percakapan sehari-hari. Dari percakapan ini, terbentuklah opini yang melahirkan inisiatif suatu gerakan.

“Banyak hal yang terjadi di Twitter mampu menciptakan call to action bagi pengguna Twitter dan membawa perubahan di dunia nyata,” tutup Dwi.

Editor: Sigit Kurniawan

 

 

Related