Bisnis startup di Indonesia dapat dikatakan mengalami perkembangan yang sangat pesat selama sepuluh tahun terakhir. Laporan dari Indonesia Digital Creative Industry Society bertajuk Mapping & Database Startup Indonesia tahun 2018 menyebutkan, jumlah perusahaan rintisan teknologi Indonesia mencapai 992 dan terus bertambah.
Dalam praktiknya, ekonomi digital sering mengalami pasang surut yang berimbas pada kondisi finansial startup yang sulit diprediksi, tidak seperti perusahaan besar. Dalam situasi ini investor menjadi sangat berhati-hati dalam menanamkan modal kepada para pemilik usaha rintisan.
Maka, para pelaku startup perlu mencari celah agar terus menjaga keberlangsungan bisnis di tengah resesi ekonomi global, khususnya dalam menjaga hubungan dengan investor.
CEO Jagartha Advisors FX Iwan, mengatakan hal utama yang perlu dilakukan oleh para pemain startup adalah memperhatikan posisi lini usahanya saat ini, antara lain dari efisiensi alokasi anggaran dalam melakukan kegiatan “bakar uang”, serta estimasi yang dimiliki sebelum kehabisan modal.
“Selanjutnya, pemilik usaha dapat mengevaluasi kelayakan model bisnis saat ini dibandingkan dengan tiga bulan ke depan. Tidak kalah penting, mengatur strategi untuk memelihara hubungan dengan investor jangka panjang juga perlu dilakukan,” kata FX Iwan.
Iwan menambahkan, setidaknya ada tiga pendekatan bagi para pemiliki startup dalam menjaga “mood” investor agar tetap tinggi di tengah tantangan krisis.
Pertama, melakukan review kembali terhadap pos-pos pengeluaran yang tidak prioritas pada kondisi saat ini dan memangkas biaya promosi berlebihan atau ‘bakar uang’ untuk meningkatkan efisiensi dari pengeluaran.
Kondisi pandemi menjadi kesempatan bagi startup untuk membuktikan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh konsumen bukan hanya karena adanya promosi sesaat.
Dengan demikian, nafas startup akan menjadi semakin lama, yang mana berimbas dalam meningkatkan leverage startup di hadapan investor dan stakeholder lainnya, karena masih memiliki ‘nafas yang panjang’ dalam menjalani bisnis.
Kedua, menyiapkan strategi pivot bisnis jangka pendek atau mengubah model bisnis dengan tetap berpijak pada visi bisnis yang dimiliki sehingga tetap menjaga sirkulasi revenue stream ditengah pandemi. Selain itu, pivot membantu pelaku usaha untuk dapat menemukan ide-ide inovasi baru agar bisnis menjadi lebih fleksibel.
Ketiga, menyiapkan skenario yang berbeda-beda sebagai rencana cadangan di masa-masa krisis seperti ini. Perkirakan skenario bisnis usaha dari segala aspek, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang karena akan membuat perusahaan lebih siap jika mengalami masa-masa krisis lainnya di masa yang akan datang.
Lebih lanjut, skenario yang dijalankan tentunya harus memperhatikan aspek legal yang aman dari sisi perusahaan.
“Salah satu skenario yang mulai banyak dijalankan oleh perusahan saat ini ialah merumahkan karyawan, membatalkan kemitraan, menunda pembayaran, sampai mengurangi gaji karyawan demi menjaga beban operasional dan pendapatan agar tetap di level rasional, yang mana skenario ini sudah disepakati secara legal oleh pihak-pihak terkait,” tutup Iwan.
Editor: Ramadhan Triwijanarko