Bisnis startup di era Internet saat ini terdengar seksi dan menyimpan potensi yang masih sangat besar. Bukan hanya di Indonesia, di beberapa negara di Asia, tren ini juga sedang tumbuh. Mashable mengatakan bahwa para startup seakan sedang memasuki “stealth mode“ yaitu berlomba-lomba “mencuri” atau mempertahankan ide kreatif. Di lain sisi, ada yang dengan tenang menjalankan bisnisnya dengan matang.
Mashable menyebutkan ada sekitar 100 juta startup yang diluncurkan setiap tahunnya di seluruh dunia. Tetapi, ada kesan banyak pemain yang tergesa-gesa ingin meluncurkan startup-nya di muka umum tanpa mempertimbangkan beberapa aspek kesiapan secara matang.
Lalu, bagaimana Anda tahu apakah startup Anda sudah siap diluncurkan atau belum? Mashable memberikan tiga pertanyaan yang harus dijawab oleh pelaku startup sebelum meluncurkan bisnisnya:
Pertama, apakah Anda sudah mendapatkan banyak feedback dari masyarkat mengenai produk Anda?
Kesulitan terbesar dalam berbisnis adalah mendapatkan feedback dari konsumen. Bagi startup, feedback sesungguhnya itu didapat dari seseorang yang netral dan rutin menggunakan produk Anda. Kondisi seperti ini pun sulit untuk mendapatkan jawaban yang jujur. Jika Anda sedang mendesain konsumen Anda, Anda butuh sebanyak mungkin umpan balik dari mereka. Setiap orang mudah berubah. Jadi, Anda membutuhan sekitar 100 orang yang mencoba produk Anda dan mendapatkan 100 feedback yang berbeda.
Kedua, apakah tim Anda sudah terbangun dengan baik?
Pertanyaan selanjutnya, apakah Anda sudah memiliki infrastruktur yang dapat menjawab pertanyaan “what's next”? Pastikan Anda memiliki tim sales, marketing, dan komunikasi untuk merespons setiap konsumen atau membangun keterkaitan dengan konsumen guna memaksimalkan peluang meraih evangelist bagi produk Anda.
Ketiga, apa strategi Anda untuk mengakuisisi pelanggan?
Banyak perusahaan yang memiliki pemahaman yang salah mengenai komunikasi saat meluncurkan produk mereka. Banyak orang yang mengartikan peluncuran produk sebagai tujuan utama mereka. Momen peluncuran adalah tantangan besar bagi merek. Namun, tantangan sebenarnya hadir setelah itu.
Jika merek tidak memiliki strategi setelah meluncurkan produknya, sebaiknya perusahaan tersebut menyediakan anggaran yang cukup bagi tim PR, sales, dan marketing. Mereka dibutuhkan agar startup bisa diperkenalkan ke publik dengan lebih matang dan siap, terutama siap dalam melayani calon pelanggannya.