Keamanan siber menjadi salah satu hal yang terus mendapatkan perhatian seiring dengan akselerasi digital. Hal ini disebabkan karena digitalisasi mendorong semakin terbukanya privasi penggunanya, sehingga ranah digital sering kali menjadi ladang hijau bagi pihak-pihak yang ingin menimbulkan kerugian.
Berdasarkan survey yang dilakukan JakPat pada pertengahan tahun 2020, 7 dari 10 orang setuju bahwa pandemi COVID-19 adalah game changer terutama perpindah aktivitas luring ke daring. Sejalan dengan hal ini, kewaspadaan risiko terjadinya serangan siber juga harus ditingkatkan. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan selama semester 1 tahun 2020, terdeteksi lebih dari 14 juta serangan siber di Indonesia. Angka ini meningkat lima kali lipat dari periode yang sama pada tahun 2019.
“Kesadaran akan keamanan siber harus ditingkatkan karena diprediksikan meningkatnya kegiatan daring selama pandemi tidak akan turun bahkan ketika pandemi berakhir. Kesadaran ini juga harus dibarengi dengan literasi digital pada audiens,” jelas Anisa Pratita Kirana Mantovani, Research Manager CfDS Universitas Gadjah Mada.
Menanggapi kondisi ini, TikTok bekerja sama dengan CfDS UGM dan Onno Center menerbitkan whitepaper guna meningkatkan kesadaran keamanan digital. Whitepaper berjudul Pentingnya Kemitraan untuk Keamanan Siber Indonesia ini menyorot tren keamanan siber saat ini. Ada beberapa fakta yang digarisbawahi. Di antaranya:
- Data McKinsey menyebutkan selama periode pandemi, rata-rata orang Indonesia menggunakan perangkat digital 6 jam sehari
- Laporan berjudul Higher Education 4.0 and the Readiness of Indonesia’s Future Workforce yang diterbitkan CfDS pada tahun 2019 menunjukkan bahwa mahasiswa di Indonesia mendapatkan skor rendah dalam hal memeriksa fitur dan konfigurasi keamanan di perangkat mereka.
“Untuk itu kami merekomendasikan kolaborasi pemerintah, swasta, dan pengguna dalam memahami pentingnya aware terhadap keamanan siber. Hal ini dimulai dari regulasi pemerintah dalam mendukung transformasi digital, dilanjutkan dengan transparansi perusahaan penyedia layanan tentang kebijakan dan praktik keamanan siber. Selain itu, perlu peningkatan sumber daya melalui riset dan pengembangan tentang literasi digital,” kata Arjun Narayan, Director of Trust and Safety TikTok APAC.
Dengan sistem transformasi yang memiliki regulasi dan transparansi, Arjun mengklaim ekosistem digital di Indonesia akan lebih aman, meskipun ke depannya ekosistem digital akan terus meluas dengan berbagai inovasi layanan.
Editor: Ramadhan Triwijanarko