TikTok dikabarkan sedang mengembangkan fitur virtual influencer di platform-nya. Fitur baru ini nantinya memungkinkan merek untuk menggunakan virtual influencer dalam video atau siaran langsung di aplikasi.
Virtual influencer ini akan membantu merek untuk menjual produk-produk mereka melalui konten-konten tersebut di dalam aplikasi. Menurut laporan SocialMediaToday, TikTok versi Cina, Douyin, juga sudah melakukan hal ini.
“Fitur ini, yang masih dalam tahap pengembangan, akan menghasilkan naskah untuk iklan video berdasarkan permintaan yang diajukan oleh pengiklan, serta virtual influencer yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan untuk tampil dalam video, menurut seorang pengiklan yang telah melihat rencana untuk alat ini,” kata dua orang yang diberitahu tentang gagasan tersebut oleh staf TikTok dikutip dari laporan TheInformation, Jumat (12/4/2024).
BACA JUGA: Paradigma Baru, Micro dan Nano Influencer Lebih Efektif?
Fitur ini menjadi sangat populer di pasar Cina, dengan karakter-karakter simulasi ini dapat melakukan siaran 24 jam dan 7 hari, kadang-kadang menjual ribuan dolar barang setiap hari dengan biaya yang sangat hemat.
Virtual influencer sejatinya merupakan hasil dari teknologi deepfake. Deepfake merupakan pemanfaatan kecerdasan buatan dengan menciptakan kloning virtual berbentuk video dari seseorang, baik dari rupa maupun suara, dan hasil tersebut bisa dimodifikasi.
Deepfake bekerja dengan menganalisis video sampel yang digunakan. Analisis video tersebut menghasilkan sampel rupa dan suara yang nanti bisa dimodifikasi sesuai permintaan.
“Sejak 2022, sekelompok startup Tiongkok dan perusahaan teknologi besar telah menawarkan layanan menciptakan avatar deepfake untuk siaran langsung e-commerce. Dengan hanya beberapa menit video contoh dan biaya US$ 1.000, merek dapat mengkloning streamer manusia untuk bekerja 24/7,” menurut laporan MIT Technology Review.
BACA JUGA: Survei Gen Z: Instagram Lebih Populer Dibanding YouTube dan TikTok
Virtual influencer ini dirancang untuk meniru naskah pengiklan, dan perusahaan juga menggunakan kecerdasan buatan untuk menghasilkan naskah tersebut.
“Versi teknologi yang lebih canggih dapat mendeteksi komentar langsung dan mencari jawaban yang sesuai dalam basis data untuk menjawab secara real-time, sehingga terlihat seolah-olah virtual influencer yang sedang berkomunikasi secara aktif dengan penonton adalah manusia nyata. Bahkan, teknologi ini dapat menyesuaikan strategi pemasarannya berdasarkan jumlah penonton,” seperti dikutip dari laporan MIT Technology Review.
TikTok telah berusaha meningkatkan upayanya dalam perdagangan melalui platform untuk memaksimalkan potensi pendapatannya, dengan harapan mampu meniru laju pertumbuhan versi Cina dari aplikasi tersebut. Di Douyin, siaran langsung belanja sekarang menjadi penghasil pendapatan terbesar, dan TikTok telah bekerja pada berbagai inisiatif untuk menerapkan proses yang sama juga.
TikTok memperoleh pendapatan US$ 3,8 miliar dari pengeluaran konsumen di aplikasi pada tahun 2023. Sementara, dibandingkan dengan Douyin, aplikasi Cina ini memperoleh pendapatan US$ 270 miliar.
Editor: Eric Iskandarsjah