Platform berbagi video pendek, TikTok baru saja mengumumkan hasil survei terhadap ratusan penggunanya. Berbagai temuan menarik muncul dari hasil survei ini, khususnya terkait dengan kecenderungan pengguna TikTok berbelanja saat Ramadan.
Temuan ini pun bisa dimanfaatkan oleh para pemasar untuk mempersiapkan aktivitas pemasaran musiman atau seasonal marketing menyambut masa Ramadan beberapa bulan mendatang.
Melihat kecenderungannya, bulan Ramadan menjadi momentum bagi masyarakat untuk berbelanja. Kehadiran THR, keinginan untuk berkumpul dengan keluarga, hingga menyambut Hari Raya Idul Fitri menjadi pendorong aktivitas konsumsi tersebut. Kecenderungan ini pun menyelimuti para pengguna TikTok. Lantas apa yang mereka cari?
“Para pengguna TikTok sangat aktif di dalam platform, termasuk kecenderungan mereka dalam menonton konten-konten iklan. Hasil survei kami menunjukkan, hampir semua user (90%) melakukan tindakan lanjutan setelah ngeliat iklan di TikTok,” ujar Sitaresti Astarini, Head of Business Marketing TikTok Indonesia.
Setelah melihat iklan di TikTok para audiens ini cenderung akan meng-klik iklan, meng-klik akun brand, atau mencari tahu lebih lanjut tentang produk yang diiklankan.
Bila melihat grafik yang menggambarkan pola belanja di bulan Ramadan di bawah ini, ada konsumen yang melakukan persiapan lebih dari satu bulan sebelum Lebaran. Mereka (12% konsumen yang mencari barang premium dan 10% konsumen pencari diskon) ini telah siap dengan anggaran yang ada dan kerap berbelanja berbagai kebutuhan.
Puncaknya para konsumen (sekitar 30%) melakukan aktivitas belanja kebutuhan lebaran pada beberapa minggu sebelumnya.
Menariknya, survei ini juga menemukan barang apa saja yang banyak dicari konsumen sepanjang masa Ramadan. Sekitar 87% pengguna TikTok dari Indonesia mencari produk makanan dan minuman. Diikuti oleh produk fesyen dan aksesori sebesar 71% danperabot rumah tangga 59%.
Dari survei ini bisa dilihat bahwa ini adalah momentum sempurna untuk para brand dalam menjalin engagement dengan para pengguna TikTok yang menonton konten di ponselnya dengan konten yang ditonton secara 100% full-screen dan suara/audio yang menyala.
Lalu bagaimana cara brand ini agar bisa masuk dan engage dengan audiens TikTok?
Menurut data dari App Annie, pengguna di TikTok menghabiskan 336 detik tiap sesinya. Konten yang bagus dan berkualitas dinilai akan menarik perhatian audiens ini. Bahkan, pengguna TikTok bisa lebih interaktif dibanding ketika melakukan konsumsi video di platform lain.
Hal ini pun diperkuat oleh hasil riset Nielsen Custom Authenticity Study. Riset ini mengatakan, TikTok adalah main screen dari audiens mereka. Hanya 7,7% pengguna TikTok yang menggunakan platform ini sambil melihat screen lain/menonton TV.
Selain itu, struktur konten di TikTok dirancang mempermudah fase discovery. Sekitar 52% responden mengatakan mereka belajar tentang produk baru melalui iklan di TikTok. Dan, sekitar 67% pengguna setuju bahwa TikTok membantu mereka mendapatkan informasi tentang suatu produk yang tidak mereka tahu sebelumnya.
“Satu pesan kami pada brands, bangunlah berbagai bentuk content marketing, khususnya berupa video pendek dan komunikasikan brand message Anda dengan cara yang kreatif, otentik, lugas, dan pastinya tidak hard sell, agar pesan dapat sampai ke komunitas kami,” pungkas perempuan yang akrab disapa Resti ini.
Untuk tahu lebih lanjut mengenai TikTok untuk bisnis, kunjungi laman https://www.tiktok.com/business/id/smbcenter.