Cancel culture bisa menghancurkan reputasi seseorang dalam sekejap. Banyak figur publik yang kehilangan dukungan akibat pernyataan atau tindakan kontroversial, seperti yang baru-baru ini dilakukan seorang aktor Tanah Air dan mengakibatkan filmnya sepi penonton.
Hal serupa juga pernah dilakukan oleh sederet figur publik di belahan dunia lain, yang beberapa di antaranya dijadikan studi kasus dalam sebuah artikel Hope Dorman. Segelintir dari mereka yang terdampak cancel culture berhasil bangkit dan memulihkan citranya dengan strategi tepat.
Lantas, bagaimana cara memulihkan reputasi usai terdampak cancel culture? Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:
BACA JUGA: Cara Menguji Kemampuan Pelamar Kerja yang Sesungguhnya ala Elon Musk
Akui Kesalahan dan Jangan Membela Diri
Salah satu kesalahan terbesar yang sering dilakukan orang setelah terkena cancel culture ialah membela diri atau menyangkal kesalahan mereka. Mengakui kesalahan dengan jujur dan tulus adalah langkah pertama dalam memulihkan citra.
Contohnya, penyanyi country Morgan Wallen yang pernah terekam mengucapkan kata rasis. Ia langsung meminta maaf secara terbuka dan menyatakan bahwa tindakannya tidak beralasan, bahkan meminta penggemarnya untuk tidak membela dirinya.
Tunjukkan Upaya Nyata untuk Berubah
Terkadang, permintaan maaf saja tidak cukup. Publik ingin melihat adanya perubahan nyata dari individu yang terdampak cancel culture.
Upaya nyata seperti ini menunjukkan bahwa seseorang benar-benar menyesali perbuatannya dan ingin belajar dari kesalahan Masih berkaca dari kasus Wallen, ia tidak hanya meminta maaf, tetapi juga bertemu dengan tokoh-tokoh komunitas yang terkena dampak kata-katanya.
Ia pun mendonasikan US$ 500.000 ke organisasi musik yang mendukung musisi kulit hitam.
Hindari Kontroversi Baru
Usai mengalami cancel culture, penting untuk menjaga langkah selanjutnya agar tak menambah kontroversi baru. Kanye West menjadi contoh orang yang terdampak cancel culture, namun tak kunjung belajar dari kesalahannya.
Alih-alih memperbaiki citranya usai berbagai pernyataan dan tindakan kontroversial, West justru terus melontarkan pernyataan yang makin memperburuk reputasinya. Hal tersebut membuat banyak brand, termasuk Adidas, memutus hubungan bisnis dengannya.
BACA JUGA: 4 Tips Mendapat Klien di LinkedIn, Bukan Cuma Rajin Bagikan Unggahan!
Lakukan Rebranding secara Strategis
Bagi beberapa individu, melakukan rebranding dapat menjadi cara untuk membangun kembali personal branding mereka. Namun, rebranding harus dilakukan dengan strategi yang tepat dan sesuai dengan ekspektasi audiens.
Beberapa tokoh politik, seperti Jeff Jackson, justru mengalami backlash karena perubahan sikap yang bertolak belakang dengan citra yang dibangun sebelumnya. Untuk itu, jika ingin melakukan rebranding, pastikan ada komunikasi transparan dengan audiens agar tak dianggap sebagai tindakan oportunis.
Fokus pada Karya dan Kontribusi Positif
Salah satu cara paling efektif untuk mengalihkan perhatian publik dari kontroversi ialah dengan fokus pada karya dan kontribusi yang bermanfaat. Setelah mengalami cancel culture, seseorang harus membuktikan nilai positif mereka melalui tindakan nyata.
Jika seorang musisi, buatlah karya yang berkualitas. Jika mereka seorang pebisnis, tunjukkan inovasi dan kontribusi dalam industri mereka. Begitu pun seterusnya—menyesuaikan bidang masing-masing.
Cancel culture bisa menghancurkan reputasi, namun bukan berarti sama sekali tidak ada jalan untuk memperbaikinya. Yang perlu diingat, memulihkan personal branding usai terkena cancel culture bukanlah hal yang instan.
Beberapa tokoh mungkin bisa pulih dengan cepat, tetapi ada juga yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Yang terpenting adalah tetap konsisten dalam menunjukkan perubahan dan tidak terpancing oleh tekanan publik yang dapat memperburuk situasi.
Editor: Ranto Rajagukguk