Peninggalan sejarah Belanda masih dapat ditemukan di pelosok negeri Indonesia. Kebanyakan memang berupa bangunan semasa pemerintahan mereka dulu yang kini telah menjadi bangunan tua. Sebut saja Museum Fatahillah di Kota Tua yang ramai dikunjungi masyarakat untuk berlibur.
Bukan hanya berupa bangunan, patok atau tugu bernama titik nol kilometer (km) menjadi ciri khas yang mencolok atas sistem kerja Belanda saat memerintah Tanah Air semasa itu. Titik nol selalu ada di pusat kota, tepatnya berdekatan dengan bangunan perkantoran atau bangunan pendukung lainnya yang fungsinya melancarkan kinerja pemerintahan pada masa itu. Hal ini diungkapkan oleh Iwan Setiawan, blogger Hello Bogor pada acara Jalan-Jalan Seru Bogor bersama EzyTravel, Rabu (16/12/2015).
Hingga saat ini, titik nol masih bisa ditemukan. Di Jakarta misalnya, titik nol berada di wilayah Monas. Sementara di Bogor, titik nol bisa ditemukan di Jalan Ir. H. Juanda. “Dulu titik nol Bogor berada di Kubah Istana Bogor. Namun, lokasi yang tidak bisa diakses oleh masyarakat membuat titik nol dipindahkan ke sini,” ujarnya.
Wujud Titik Nol di Bogor serupa dengan patok. Posisinya memang agak sulit ditemukan terlebih lagi bagi sebagian masyarakat yang baru pertama kali mengunjungi kota hujan tersebut. Sebab, lantaran ukurannya yang kecil, patok ini bisa dibilang hampir tidak terlihat dan tidak menarik.

(Gambar: Wujud titik nol kilometer kota Bogor)
Selain bertuliskan jarak kota Bogor 0 km, di patok tersebut juga tertuliskan jarak JKT 59 km dan JTN 47 km. “Gubernur Jenderal Herman Williem Daendels selalu mendirikan kota berjarak 60 kilometer dari kota yang lain pada masa pemerintahannya. Misalnya, jarak dari sini ke Cianjur juga berjarak 60 km,” pungkasnya.
Iwan menyatakan peninggalan sejarah berupa titik nol ini bisa dikatakan yang kurang diperhatikan, lantaran tidak direvitalisasi ke wujud yang lebih menarik. Padahal, potensinya setara dengan peninggalan sejarah Belanda lainnya dimana mengandung nilai historis di dalamnya.
Editor: Eko Adiwaluyo