Beberapa tahun belakangan ini, bisa dibilang kopi menjadi salah satu komoditas yang paling sering dibicarakan. Gairah industri kopi begitu terasa dari sisi hulu hingga hilir. Hal ini tak lain karena pertumbuhan gerai-gerai kopi yang meningkat pesat di seantero negeri ini dan menjadi emerging business.
Menurut riset oleh TOFFIN, perusahaan penyedia solusi bisnis berupa barang dan jasa di industri hotel, restoran kafe (horeka), bisnis kedai kopi di Indonesia terus tumbuh dalam tiga tahun terakhir. Jumlahnya meningkat hampir tiga kali lipat di tahun ini dibanding tahun 2016. Tiga tahun lalu, jumlah kedai kopi baru berkisar di angka 1.000 lebih, sedangkan saat ini telah mencapai 2.950 gerai.
“Sebagai catatan, dalam riset yang dilakukan TOFFIN dengan menggandeng Majalah MIX MarComm SWA Media Group ini, gerai yang hitung hanyalah gerai modern yang berjejaring. Artinya tidak menghitung kedai-kedai tunggal atau kedai independent. Bila kedai tunggal ini diikutkan, maka jumlah kedai kopi secara keseluruhan di Indonesia bisa mencapai tiga kali lipat dari temuan survei ini,” kata Ario Fajar, Head of Marketing TOFFIN, hari ini (17/12/2019).
Dengan jumlah gerai yang terdata saat ini, TOFFIN menilai pasar kedai kopi di Indonesia mencapai Rp 4,8 triliun per tahun. Dengan asumsi penjualan rata-rata per outlet 200 cup per hari, serta harga kopi per cup Rp 22.500. TOFFIN memilah kedai kopi dalam enam kategori, yakni American coffee chain, Italian coffee chain, local coffee chain, coffee to go, speciality coffee, independent coffee shop, dan bakery & pastry.
Temuan Lain
Hampir bisa dipastikan generasi Y dan Z adalah pendorong dari pertumbuhan industri kopi di Indonesia. Apalagi, ada ekosistem teknologi yang mendukung dua generasi ini dalam memanjakan diri menikmati kopi. Di antaranya, adanya ride hailing yang memudahkan dalam membeli dan e-money yang memudahkan dalam pembayaran.
Dalam hal cita rasa, dua generasi ini lebih memilih coffee-milk blend atau yang sekarang dikenal dengan kopi kekinian. Sekitar 6 dari 10 generasi Y dan Z suka kopi susu. “Alasannya, mereka bisa mencoba rasa baru dan ada promosi terutama dari kedai-kedai jenis coffe to go,” tambah Ario.
Hal tersebut ditegaskan dalam temuan riset ini yang menyebutkan bahwa hampir 39,03% peminum kopi pernah membeli kopi di gerai coffe to go dalam setahun terakhir. Sekitar 30,32% pernah membeli di kedai kopi berjejaring international, 17,10% beli di jaringan kedai kopi lokal, dan 8,39% pernah beli di bakery & pastry. Sedangkan yang dalam setahun terakhir beli di independent coffee shop hanya 2,90% dan 2,26% di speciality coffee shop.
Bagaimana dengan rasa? Kopi susu gula aren masih menjadi varian favorit generasi Y dan Z. Kemudian, ada rasa cookies,cream, alpukat, matcha, dan yogurt. “Tahun depan, sepertinya rasa cookies cream akan menjadi favorit, menggeser gula aren,” tambahnya.
Nicky Kusuma, Vice President Sales and Marketing TOFFIN Indonesia, menambahkan riset ini diperlukan bagi mereka yang ingin terjun di bisnis kopi. Sebabnya, selama ini belum ada survei atau penelitian tentang industri kedai kopi di Indonesia. “Diharapkan riset ini menjadi panduan bagi pelaku bisnis kedai kopi di Indonesia,” katanya.