Sebuah database berisi 26 miliar data yang bocor telah ditemukan. Kebocoran tersebut dinamai sebagai “Mother of all Breaches.”
Namun ternyata, situasinya tidak seburuk yang terdengar. Dirangkum dari Mashable (23/1/2024), data sebesar 12 terabyte ini ditemukan oleh peneliti keamanan Siber Bob Dyachenko, bekerja sama dengan tim di Cybernews.
Belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas database ini. Namun, database tersebut berisi kredensial dan data sensitif.
Bocornya data ini sebenarnya adalah kumpulan data dari ribuan pelanggaran sebelumnya, dan sepertinya tidak mengandung informasi baru.
BACA JUGA: Data Bocor Makin Banyak, Masyarakat Mulai Belajar Keamanan Siber
Tidak bisa dipastikan bahwa total data bocor yang ada dalam daftar ini sepenuhnya unik. Jadi, wajar bila ada beberapa data duplikat dalam 26 miliar data yang bocor tersebut.
Meskipun begitu, ini tidak berarti Anda harus bersikap acuh tak acuh. Pasalnya, volume data yang sangat besar dan jumlah pelanggaran yang dicakup, ada kemungkinan besar data Anda termasuk, bahkan jika itu berasal dari pelanggaran yang terjadi bertahun-tahun yang lalu yang mungkin sudah Anda ketahui.
Ini adalah pengingat baik untuk menyegarkan kebiasaan keamanan Anda, dan mungkin mengganti beberapa kata sandi.
BACA JUGA: Riset: Kebocoran Data UKM Berpotensi Dari Karyawan
Tencent adalah yang paling terdampak dalam total jumlah data bocor ini, dengan 1,5 miliar catatan dalam kompilasi tersebut. Diikuti oleh platform media sosial Cina, Weibo, dengan 504 juta, MySpace dengan 260 juta, Twitter dengan 281 juta, dan Wattpad dengan 271 juta.
Merek lain termasuk LinkedIn, AdultFriendFinder, Adobe, MyFitnessPal, dan Canva. Organisasi pemerintah pun tidak luput dari daftar total data yang bocor ini. AS, Brasil, Jerman, Turki, dan Filipina terseret dalam database yang dikompilasi ini.
Anda dapat menggunakan alat, seperti Have I Been Pwned atau pemeriksa kebocoran data Cybernews untuk mengetahui apakah Anda menjadi korban pelanggaran data. Jika belum, pertimbangkan untuk menggunakan manajer kata sandi.
Mungkin tidak mencegah kebocoran, tetapi akan membuat penggunaan kata sandi unik untuk semua akun Anda menjadi lebih mudah.
Editor: Ranto Rajagukguk